Minggu, 17 Juni 2012

Kebenaran Yesus Kristus


DAFTAR ISI:

I. SEJARAH YERUSALEM
(A) Hubungan Alkitab dengan Yerusalem (B) Peristiwa yang berkaitan dengan gunung Moria (C) Nubuat tentang terbentuknya negara Israel.

II. SEJARAH ALKITAB 
(A) Terjemahan Alkitab ke dalam bahasa Inggris modern

III. KEEMPAT KITAB INJIL
(A) Matius (B) Markus (C) Lukas (D) Yohanes

IV. JENIS-JENIS SISTEM PENANGGALAN (KALENDER)
(A) Kalender Yahudi (B) Kalender Julian (C) Kalender Gregorian (D) Penetapan tanggal perayaan Natal

V. TALMUD & MIDRASH
(A) Kisah Abraham VS Nimrod dalam tradisi Yahudi (Talmud) (B) Otoritas perkataan Yesus Kristus.

VI. KAISAR ROMAWI YANG MEMERINTAH PADA ERA PERJANJIAN BARU

VII. JAM BERAPA YESUS DISALIBKAN?
(A) Pembagian malam orang Yahudi kuno (B) Pembagian malam orang Romawi

VIII. PASKAH & PERAYAAN ROTI TAK BERAGI
(A) Penetapan tanggal Paskah

IX. MAKAN PASKAH & PERJAMUAN MAKAN DALAM INJIL SINOPTIK DAN INJIL YOHANES

X. ADA BERAPA JAM DALAM SATU HARI

XI. APAKAH YESUS BERADA 3 HARI DALAM MAUT?

XII. YESUS KRISTUS, ANAK ALLAH

XIII. YESUS KRISTUS, ANAK MANUSIA
(A) Tabir/ tirai Bait Allah (B) Tujuan diberikannya hukum Taurat

XIV. KITAB YUNUS

XV. TIGA HARI TIGA MALAM DALAM RAHIM BUMI

XVI. MENAWAN AJARAN-AJARAN ROH ANTIKRISTUS
(A) Ajaran Gnostikisme (B) Injil Petrus (C) Injil Tomas (D) Injil Barnabas (E) Injil Filipus (F) Injil Ibrani


"Melalui asuransi, beberapa orang di dunia ini telah memiliki jaminan kesehatan, pendidikan, hari tua bahkan untuk harta benda mereka TETAPI apakah anda telah memiliki jaminan keselamatan & kehidupan kekal setelah masa hidup anda di dunia ini berakhir?. Jika belum, kenallah Sang Kebenaran." 

10 Desember 2009, oleh Fajar 'Yehuda'


                       
I. SEJARAH MENGENAI YERUSALEM
Akar kata Semitik untuk nama "Yerusalem" kadang dianggap "s-l-m"yang berarti damai,kerukunan atau kesempurnaan. Sebuah kota yang disebut Rušalimum atau Urušalimummuncul dalam catatan Mesir kuno sebagai sebuah rujukan pertama bagi Yerusalem. Bentuk Mesir tersebut diperkirakan diturunkan dari nama lokal yang tertera dalam surat-surat Amarna, e.g: dalam EA 287 (dimana terdapat beberapa bentuk) Urusalim. Bentuk Yerushalayim(Yerusalem) pertama muncul dalam kitab Yosua. Bentuk ini merupakan sebuah portmanteaudari yerusha (pusaka) dan nama asli Shalem yang bukan merupakan evolusi fonetik sederhana dari bentuk ini dalam surat Amarna.
Sebagian kalangan meyakini adanya hubungan kata ini dengan kata Shalim, dewa pemurah dari mitologi Ugarit yang merupakan personifikasi waktu petang. Umumnya akhiran -im menunjukkan bentuk jamak dalam tata bahasa Ibrani dan -ayim bentuk ganda sehingga membawa pada anggapan bahwa nama tersebut mengacu pada fakta kota tersebut terletak pada dua bukit. Meski demikian, lafal suku kata terakhir -ayim hanya muncul dalam perkembangan akhir, dan tidak ada pada masa Septuaginta (LXX). Dalam bahasa Yunani dan Latin kata ini ditulis Hierosolyma. Bagi orang Arab, Yerusalem adalah al-Quds ("Kudus"). "Zion" awalnya dianggap merupakan bagian kota, namun kemudian menjadi tanda kota secara keseluruhan. Dalam kekuasaan raja Daud, kota ini dikenal sebagai Ir Daud (Kota Daud).
Bukti-bukti keramik menunjukkan adanya kesibukan di Ofel, yang saat ini dikenal dengan nama Yerusalem pada Zaman Tembaga sekitar milenium ke-4 sMdengan bukti sebuah pemukiman tetap selama awal Zaman Perunggu sekitar 3000–2800 sM. Teks Kebencian(sekitar abad ke-9 sM), merujuk pada kota yang disebut Roshlamem atau Rosh-ramen dansurat Amarna (sekitar abad ke-14 sM) mungkin merupakan yang pertama kali menyebut kota tersebut. Beberapa ahli arkeologi, termasuk Kathleen Kenyon, meyakini Yerusalem sebagai sebuah kota yang didirikan oleh masyarakat Semitik Barat dengan pemukiman yang terorganisir sekitar tahun 2600 sM. Menurut tradisi Yahudi, kota ini didirikan oleh Sem dan Eber, nenek moyang Abraham. Dalam kisah Alkitab, saat pertama kali disebutkan, Yerusalem (dikenal sebagai "Salem") dikuasai oleh Melkisedek, sekutu Abraham (disamakan dengan Shem dalam legenda). Kemudian, di masa Yosua, Yerusalem berada di teritori suku Benyamin(Yosua 18:28) namun masih dalam kuasa independen orang Yebus hingga ditaklukkan olehDaud dan dijadikan ibukota Kerajaan Israel (sekitar 1000-an sM). Penggalian terkini diBangunan Batu Besar ditafsirkan oleh sebagian ahli arkeologis memberikan kepercayaan pada kisah alkitab.

Periode Bait Suci

Raja Daud berkuasa hingga 970 sM. Dia dilanjutkan putranya Salomo, yang membangun Bait Suci di Gunung MoriaBait Salomo (kemudian dikenal sebagai Bait Pertama), memainkan perang penting dalam sejarah bangsa Yahudi sebagai tempat singgahnyaTabut Perjanjian. Selama lebih dari 450 tahun, hingga penaklukkan Babilonia di tahun 587 SM, Yerusalem merupakan ibukota politik Kerajaan Israel bersatu dan kemudian Kerajaan Yehudadan Baitnya menjadi pusat keagamaan bangsa Israel. Periode ini dikenal dalam sejarah sebagaiPeriode Bait Pertama. Setelah Salomo wafat (sekitar 930 sM), sepuluh suku utara memisahkan diri membentuk Kerajaan Israel. Di bawah kekuasaan Daud dan Salomo, Yerusalem menjadi ibukota Kerajaan Yehuda.
Saat bangsa Assyria menaklukkan Kerajaan Israel di tahun 722 sM, Yerusalem dikuatkan oleh serombongan besar pengungsi dari kerajaan utara. Periode Bait Pertama berakhir sekitar tahun 586 sM, saat bangsa Babilonia (Babel) yang dipimpin raja Nebukadnesar menaklukkan Yehuda dan Yerusalem, dan menelantarkan Bait Salomo. Di tahun 538 sM, setelah lima puluh tahun pembuangan ke BabiloniaRaja Persia, Koresy Agung mengajak orang Yahudi untuk kembali ke Yehuda membangun Bait. Pembangunan Bait Kedua selesai di tahun 516 sM, selama kekuasaan Darius Agung, tujuh puluh tahun setelah hancurnya Bait Pertama.Kemudian, di tahun 445 sM, Raja Artaxerxes I dari Persia mengeluarkan dekrit yang mengizinkan kota dan tembok dibangun kembali. Yerusalem kembali menjadi ibukota Yehuda dan pusat peribadatan orang Yahudi. Pada tahun 332 sM, penguasa Makedonia, Aleksander Agung menaklukkan Kekaisaran Persia, Yerusalem dan Yudea jatuh ke tangan Makedonia, segera setelahnya jatuh ke kekuasaan Dinasti Ptolemaik dibawah Ptolemy I. Di tahun 198 sM,Ptolemy V kehilangan Yerusalem dan Yudea dari bangsa Seleukus (Yunani) dibawah Antiochus IIIKekaisaran Seleukus yang berusaha mengisi Yerusalem sebagai polis yang dihelenisasimenjadi gawat di tahun 168 sM dengan kebehasilan penuh Revolusi Makabe Mattathias sangPendeta Tinggi dan kelima putranya atas Antiochus, dan terbentuknya Kerajaan Hasmoneamereka di tahun 152 sM dengan Yerusalem kembali sebagai ibukotanya.
Pemberontakan yang dilakukan keluarga Makabe Mattathias didasarkan karena Antiochus berusaha memaksa orang Yahudi mengikuti adat istiadat Yunani serta cara beribadatnya. Ia berusaha menghalangi orang Yahudi menyembah Allah yang Esa dan Benar dan memusnahkan semua buku salinan Taurat, Ia juga memerintahkan orang Yahudi menyembah dewa Yunani, Zeus dan ia mendirikan patung Zeus di Bait Allah di Yerusalem dan mempersembahkan korban berupa seekor babi di situ. Setelah itu, Makabe Mattathias melimpahkan kepemimpinan militernya kepada anaknya, Yudas dengan nama tambahan "Makabeus" yang berarti palu godam. Pada tahun 164 sM ia berhasil mengalahkan Lisias, jenderal tentara Seleukus, lalu memasuki Yerusalem dan menahbiskan kembali Bait Allah. Setelah Yudas dibunuh, perang dilanjutkan oleh saudara-saudaranya, Yonatan dan Simon. Simon memperoleh sedikit pengakuan dari pihak Siria, namun ia dibunuh juga pada tahun 134 sM. Sejak masa Simon pada tahun 142 sM, orang-orang Hasmonean memerintah Yudea hingga 63 sM. Simon digantikan oleh putranya, Yohanes Hirkanus. Yohanes Hirkanus adalah orang pertama yang menyebut dirinya raja yang memerintah tahun 134-104 sM. Pengganti-pengganti Yohanes Hirkanus adalah: Aristobulus I (104-103 sM), Aleksander Janneus (103-76 sM), Aleksandra (76-67 sM) dan Aristobulus II (67-63 sM), ia adalah orang terakhir dari dinasti Makebe, sebelum kedatangan orang-orang Roamwi. Selama tahun 142 – 63 sM, sejak masa Simon sampai Aristobulus II, Yudea mendapatkan kemerdekaan. Pada tahun 63 sM, Romawi dapat merebut Yerusalem dan kota tersebut bertumbuh lebih besar dan bangunan-bangunan megah didirikan oleh Herodes Agung..   
Herodes Agung (40 - 4 sM) adalah orang Idumea dan ia merupakan teman penguasa-penguasa Romawi sejak tahun 37 sM ketika ia merebut Yerusalem dari tangan Antigonus II lalu ia diangkat sebagai raja boneka Yahudi pada tahun itu juga. Ia adalah raja yang berkuasa ketika Yesus Kristus dilahirkan (Mat.2: 1) dan ia juga raja yang membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya yang berumur dua tahun ke bawah (Mat.2: 16-18). Herodes Agung mengabdikan dirinya untuk membangun dan memperindah kota. Meskipun dibawah kekuasaan Romawi, ia bertanggung jawab atas proyek-proyek bangunan penting. Ia membangun tembok, menara, dan kuil, dan memperluas Bukit Bait, menopang halaman istana dengan balok batu yang beratnya mencapai 100 ton. Di atas semuanya itu, Herodes mulai membangun Bait Allah yang sangat besar, yang luasnya meliputi seperempat wilayah kota Yerusalem meskipun sulit diterima oleh orang-orang Yahudi karena Herodes bukan orang Yahudi asli.
Pembangunan Bait Allah yang kedua kalinya itu dimulai tahun 20 sM dan selesai dengan sempurna pada tahun 60 M, yang akhirnya hanya dihancurkan oleh Titus pada tahun 70 M. Di tahun 6 M, kota dan wilayah-wilayah di sekitarnya oleh penguasa Romawi dijadikan sebagaiProvinsi Iudaea dan keturunan Herodes hingga Agrippa II masih memangku gelar raja boneka Yudea hingga 96 M. Penguasa Romawi atas Yerusalem dan wilayah sekitarnya mulai tertantang dengan adanya Perang Yahudi-Romawi pertama, yang menyebabkan kehancuran Bait Kedua di tahun 70 M oleh Titus. Yerusalem sekali lagi menjadi ibukota dari Yudea selama tiga tahun pemberontakan yang dikenal dengan Revolusi Bar Kokhba yang dimulai tahun 132 M.
Bar Kokhba berarti 'anak bintang' (dari nubuat dalam Bil.24: 17). Ia adalah pemimpin pasukan gerilya yang memerangi Romawi sejak tahun 132 – 135 M dengan dukungan Babel ketika kaisar Andrianus bersiap-siap untuk membangun kuil pemujaan dewa Yupiter di lokasi Bait Allah di Yerusalem. Bar Kokhba meyakini dirinya adalah Mesias dan ia dieluk-elukan demikian oleh rabi Akiba. Para pendukungnya yang antusiastis menderita kekalahan besar sebelum puncak kekalahan mereka. Menurut Yustinus dan Eusebius, umat Kristen di wilayah itu menolak untuk bergabung ke dalam pemberontakan dan mereka dianiaya. Orang-orang Romawi terus menekan revolusi di tahun 135 M hingga akhirnya dapat dipadamkan.
Orang-orang Yahudi dibinasakan, lalu kaisar Adrianus meromawisasi kota Yerusalem dan mengganti namanya menjadi Aelia Capitolina (yang dimaksud Capitolina adalah dewa Yupiter) dan melarang orang Yahudi memasukinya. Larangan orang Yahudi memasuki Aelia Capitolina berlanjut hingga abad ke-4 M. Adrianus mengganti keseluruhan nama provinsi Iudaeamenjadi Syria Palaestina yang berasal dari kata Ibrani 'Filistin' untuk menjauhkan orang Yahudi dari negara mereka. Iuadea / Yudea adalah nama Latin dari "Yehuda" dan diadopsi oleh pemerintah Romawi untuk nama provinsi yang diperintah dari Kaiseria dan merupakan bagian dari Siria, dengan kata lain Yudea tidaklah sama dengan kerajaan Yehuda lama.
Lima abad setelah revolusi Bar Kokhba, kota masih berada dibawah kekuasaanRomawi kemudian Bizantium. Selama abad ke-4, Kaisar Romawi Konstantin I membangun tempat-tempat Kristen di Yerusalem seperti Gereja Makam Kudus. Luas wilayah dan populasi Yerusalem mencapai puncak di akhir Periode Bait Kedua: Kota mencakup dua kilomoter persegi dan memiliki populasi 200.000. Selama masa Konstantin hingga abad ke-7, Yerusalem dilarang bagi orang Yahudi.
Dalam rentang beberapa dekade, Yerusalem berganti penguasa dari Romawi menjadiPersia dan kembali dikuasai Romawi sekali lagi. Dengan adanya tekanan Khosrau II dariSassania di awal abad ketujuh terhadap Bizantium (Konstantinopel) hingga ke Syria, Jendral Sassania Shahrbaraz dan Shahin menyerang kota yang dikendalikan Bizantium, Yerusalem(bahasa FarsiDej Houdkh). Mereka dibantu oleh orang Yahudi dari Palestina yang telah bangkit melawan Bizantium. Pada Pengepungan Yerusalem (tahun 614 M), setelah 21 haripeperangan tanpa ampun, Yerusalem direbut. Riwayat Bizantium menceritakan bahwa tentara Sassana dan orang Yahudi membantai puluhan dari ribuan orang Kristen di dalam kota, ini menjadi episode yang masih diperdebatkan para sejarawan. Kota yang ditaklukkan masih berada di tangan Sassania hingga sekitar lima belas tahun saat Kaisar Bizantium Herakliusmerebutnya kembali di tahun 629 M.
Orang  Muslim menganggap Yerusalem sebagai kota tersuci ke-tiga setelah Mekkahdan Madinah meskipun sesungguhnya nama kota Yerusalem tidak pernah satu kali pun disebut dalam Alquran. Orang-orang Muslim pada masa-masa awal menyebutnya Bait al-Muqaddas; selanjutnya lebih dikenal dengan al-Quds al-Sharif. Di tahun 638, Kekhalifahan Islammembentangkan kekuasaannya. Dengan adanya penaklukkan Arab, orang Yahudi diizinkan kembali ke kota. Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab menandatangani kesepakatan dengan Patriakh Kristen Monofisit Sophronius untuk meyakinkan dia bahwa tempat-tempat suci dan umat Kristen Yerusalem akan dilindungi dibawah kekuasaan orang Muslim. Umar memimpin dari Batu Fondasi di Bukit Bait, yang sebelumnya telah ia bersihkan untuk mempersiapkan bangunan masjid. Menurut uskup Gaul Arculf, yang tinggal di Yerusalem dari 679 hingga 688,masjid Umar merupakan bangunan kayu persegi yang dibangun diatas sisa-sisa bangunan yang dapat menampung 3.000 jamaah. Khalifah Abdul Malik dari Umayyah mempersiapkan pembangunan Kubah Shakhrah pada akhir abad ke-7. Sejarawan abad ke-10 al-Muqaddasimenulis bahwa Abdul Malik membangun altar untuk menyelesaikan kemegahan gereja-gereja monunental Yerusalem. Selama lebih dari empat ratus tahun berikutnya, ketenaran Yerusalem berkurang saat wilayah itu direbut dan menjadi wilayah kekuasaan Arab.
Tahun 1099, penguasa Fatimiyah mengusir penduduk Kristen asli sebelum Yerusalemditaklukkan oleh Tentara Salib yang kemudian Tentara Salib membuat Kerajaan Yerusalem. Pada awal Juni 1099 populasi Yerusalem menurun dari 70.000 hingga kurang dari 30.000.
Tahun 1187, kota direbut dari Tentara Salib oleh Saladin yang mengizinkan orang Yahudi dan Muslim kembali dan bermukim di dalam kota. Dibawah pemerintahan Dinasti Ayyubiyyah Saladin, periode investasi besar dimulai dengan pembangunan rumah-rumah, pasar, kamar-mandi umum, dan pondok-pondok bagi peziarah, begitu pula ditetapkannya sumbangan keagamaan. Meski demikian, selama abad ke-13, Yerusalem turun status menjadi desa karena jatuhnya nilai strategis kota perjuangan Ayyubiyyah yang gagal.
Tahun 1244, Yerusalem dikepung oleh Kharezmian bangsa Tartar, yang mengurangi penduduk Kristen kota dan mengusir orang Yahudi. Khwarezmia dari bangsa Tatar diusir oleh Ayyubiyyah tahun 1247. Dari 1250 hingga 1517, Yerusalem dikusasai oleh Mamluk. Selama periode ini banyak pertentangan terjadi antara Mamluk di satu sisi dan tentara salib dan suku Mongol di sisi lain. Wilayahnya juga terimbas dari banyak gempa dan wabah hitam.
Tahun 1517, Yerusalem dan sekitarnya jatuh ke tangan Turki Ottoman yang masih mengambil kendali hingga 1917. Yerusalem menikmati periode pembaruan dan kedamaian dibawah kekuasaan Suleiman I – termasuk pembangunan ulang tembok-tembok yang mengelilingi Kota Tua. Selama masa penguasa-penguasa Ottoman, Yerusalem berstatus provinsi, jika dalam hal keagamaan kota ini menjadi pusat yang sangat penting, and tidak menutup diri dari jalur perdagangan utama antara Damaskus dan Kairo. Orang-orang Muslim Turki melakukan banyak pembaharuan: sistem pos modern diterapkan oleh berbagai konsulat; penggunaan roda untuk mode transportasi; kereta pos dan kereta kuda, gerobak sorong dan pedati; dan lentera minyak, merupakan tanda-tanda awal modernisasi di dalam kota. Pada paruh abad ke-19, bangsa Ottoman membangun jalan aspal pertama dari Jaffa hingga Yerusalem, dan pada 1892 jalur rel mulai mencapai kota.
Setelah aneksasi Yerusalem oleh Muhammad Ali dari Mesir tahun 1831, misi dan konsulat asing mulai menapakkan kakinya di kota. Tahun 1836, Ibrahim Pasha mengizinkan penduduk Yahudi Yerusalem memperbaiki empat sinagoga besar, termasuk diantaranyaSinagoga Hurva. Saat Revolusi Arab di Palestina 1834, Qasim al-Ahmad memimpin penyerangan dari Nablus dan menyerang Yerusalem, dibantu oleh klan Abu Ghosh, dan memasuki kota pada 31 Mei 1834. Orang Kristen dan Yahudi di Yerusalem menjadi target penyerangan. Tentara Mesir Ibrahim menaklukkan serangan Qasim di Yerusalem bulan berikutnya.
Kekuasaan Ottoman kembali lagi di tahun 1840, namun banyaknya orang Islam Mesir yang ada di Yerusalem dan orang Yahudi dari Algeria dan Afrika Utara yang berdatangan menyebabkan meningkatnya jumlah populasi di dalam kota. Di tahun 1840-an dan 1850-an, kuasa internasional mulai tarik tambang di Palestina saat mereka meminta perpanjangan perlindungan atas umat beragama minoritas di dalam negeri, sebuah perjuangan yang diangkat terutama oleh wakil konsuler di Yerusalem. Menurut konsul Prussia, populasi di tahun 1845 adalah 16.410 dengan 7.120 orang Yahudi, 5.000 Muslim, 3.390 Kristen, 800 tentara Turki dan 100 orang Eropa. Volume peziarah Kristen semakin meningkat selama kekuasaan Ottoman, dan menyebabkan populasi kota bertambah menjadi dua kali lipat selama Paskah.
Di tahun 1860-an, pemukiman baru mulai berkembang di luar tembok Kota Tua sebagai tempat menetap para peziarah dan untuk mengurangi tingkat kepadatan dan sanitasi yang buruk di dalam kota. Kamp Rusia dan Mishkenot Sha'ananim didirikan di tahun 1860. Tahun 1867 Misionaris Amerika melaporkan populasi kira-kira Yerusalem diatas 15.000 yang terdiri dari: 4.000 hingga 5.000 orang Yahudi dan 6.000 umat Muslim. Setiap tahun ada sekitar 5.000 hingga 6.000 Peziarah Kristen Rusia.
Tahun 1917 setelah Pertempuran YerusalemTentara Britania dipimpin General Edmund Allenby mengepung kota dan di tahun 1922, LBB pada Konferensi Lausannemempercayakan Britania Raya (negara Inggris) untuk mengatur Mandat bagi Palestina.
Dari tahun 1922 hingga tahun 1948 total populasi kota meningkat dari 52.000 menjadi 165.000 dengan dua pertiganya orang Yahudi dan sepertiga orang Arab (umat Muslim dan Kristen). Situasi antara orang Arab dan Yahudi di Palestina tidak tenang. Di Yerusalem,kerusuhan terjadi tahun 1920 dan tahun 1929. Dibawah pemerintahan Britania, taman-taman baru dibuat di pinggir kota di bagian utara dan barat kota dan institusi pendidikan tinggi sepertiUniversitas Ibrani didirikan.
Saat masa jabatan Mandat Britania untuk Palestina berakhir, Rencana Pembagian Palestina oleh PBB tahun 1947 mengusulkan "pembuatan rezim internasional khusus di Kota Yerusalem, mengesahkannya sebagai corpus separatum dibawah administrasi PBB. Rezim internasional (yang juga termasuk kota Bethlehem) tetap berlaku selama satu periode berkisar sepuluh tahun, kemudian sebuah referendum diadakan untuk memutuskan rezim masa depan kota. Namun, rencana ini tidak dilaksanaan karena perang tahun 1948 meletus, sementara Britania menarik diri dari Palestina dan Israel menyatakan kemerdekaannya. Perang memicu pemindahan populasi Arab dan Yahudi di kota. 1.500 penduduk Perempat Yahudi di Kota Tua terusir dan beberapa ratus dipenjara saat Legiun Arab mengepung Perempat itu pada 28 Mei.Legiun Arab juga menyerang Yerusalem Barat dengan sniper.
Tanah tak berpemilik antara Yerusalem Barat dan Timur mulai diurus pada November 1948: Moshe Dayan, komandan tentara Israel di Yerusalem bertemu dengan rekan Yordanianya Abdullah el Tell di sebuah tempat tinggal gurun di lingkungan Musrara Yerusalem dan menandai posisi mereka masing-masing: posisi Israel berwarna merah dan Yordania berwarna hijau. Peta kasar, yang tidak berarti sebagai suatu yang resmi, menjadi garis gencatan senjata final dalam Kesepakataan Gencatan senjata 1949, yang membagi kota dan meninggalkan Gunung Scopus sebagai daerah kantong Israel. Kawat berduri dan pagar beton penghalang dipasang di pusat kota dan tembak-tembakan militer sering pecah di wilayah gencatan senjata. Setelah pengesahan Negara Israel, Yerusalem dideklarasikan sebagai ibukotanya. Yordan yang meaneksasi Yerusalem Timur tahun 1950, memberlakukan hukum Yordania di wilayah itu. Hanya Britania Raya (Inggris) dan Pakistan yang menerima aneksasi tersebut, yang, terkait Yerusalem, berada atas dasar de facto. Juga, Yordania mengambil kendali tempat-tempat suci di Kota Tua. Bertolak-belakang dengan syarat-syarat perjanjian, orang Israel tidak diperkenankan masuk ke tempat-tempat suci, banyak diantaranya yang dinajiskan. Yordania mengizinkan akses sangat terbatas ke tempat-tempat suci Kristen. Selama periode ini, Kubah Shakhrah dan Masjid al-Aqsa direnovasi besar-besaran.
Setelah Israel merebut Yerusalem Timur di tahun Perang Enam Hari 1967, orang Yahudi dan Kristen diperbolehkan memasuki kembali tempat-tempat suci, sementara Bukit Baitmasih menjadi yurisdiksi wakaf Islam. Perempat Maroko yang berbatasan dengan Tembok Barat, dikosongkan dan dihancurkan untuk membuat jalan agar dapat mengunjungi tembok itu.Sejak perang, Israel telah memperluas lingkar kota dan menetapkan lingkar pemukiman Yahudi di tanah kosong timur Garis Hijau. Namun, pengambilalihan Yerusalem Timur dikritik oleh dunia internasional. Setelah penyampaian Hukum Yerusalem Israel, yang menyatakan Yerusalem "sepenuhnya dan kesatuan" ibukota Israel, Dewan Keamanan PBB menyampaikan resolusi yang menyatakan hukum "pelanggaran hukum internasional" dan meminta semua negara-negara anggota menarik semua duta besarnya dari kota. Status kota ini, khususnya tempat-tempat suci, masih menjadi masalah inti konflik Israel-Palestina. Pemukim Yahudi telah mengambil alih situs-situs bersejarah dan membangunn di tanah yang disita dari orang Arab untuk meluaskan kehadiran orang Yahudi di Yerusalem Timur, sementara pemimpin-pemimpin Islam terkemuka mengklaim orang Yahudi tidak memiliki hubungan sejarah dengan Yerusalem dan menganggap Tembok Barat yang telah berusia 2500 tahun dibangun sebagai bagian dari masjid. Orang Palestina menginginkan Yerusalem Timur sebagai ibukota negara Palestina di masa mendatang,dan perbatasan kota menjadi subyek pembicaraan bilateral.

A. Hubungan Alkitab dengan Yerusalem.
            Arti nama Yerusalem adalah kota damai atau rukun, namun faktanya sangatlah bertolakbelakang. Dari zaman ke zaman, Yerusalem tidak pernah luput dari pertikaian, peperangan dan pertumpahan darah, dan agaknya banyak sekali bangsa-bangsa yang ingin mendiami kota yang dianggap suci itu. Mengapa kota ini tampak begitu menarik perhatian bangsa-bangsa super power di dunia? Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor geografisnya. Kota Yerusalem yang berada di tanah Palestina (sebelumnya Yudea) terletak diantara tiga daratan benua, yaitu: benua Eropa, benua Afrika dan benua Asia. Jalur perdagangan dari dan menuju ke ketiga benua itu harus melewati kota Yerusalem. Dalam Kis. 2: 1-13, ketika peristiwa turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta, rasul-rasul Kristus berbicara mengenai Yesus Kristus dalam bahasa-bahasa orang yang berkumpul di Yerusalem pada saat itu. Orang-orang yang berkumpul di tempat itu ada yang dari Partia, Elam, penduduk Mesopotamia, Yudea, Kapadokia, Pontus dan Asia (sekarang Turki), Frigia, Pamfilia, Mesir, daerah-daerah Libia, Roma (Italia), Kreta (Yunani) dan orang Arab.
Kurang lebih 1400 tahun sebelum kedatangan Yesus Kristus, dengan penyertaan kuasa Allah, Musa yang selanjutnya diteruskan oleh Yosua memimpin bangsa Israel untuk memasuki tanah perjanjian, yaitu tanah yang dijanjikan Allah kepada nenek moyang Israel yaitu Abraham, Ishak dan Yakub. Israel dapat mengalahkan bangsa-bangsa kafir di wilayahnya itu dan menguasainya oleh karena kuasa Allah yang menyertainya. Ada tujuh (7) bangsa kuat yang mendiami tanah itu, yaitu: Orang Het, orang Girgasi, orang Amori, orang Kanaan, orang Feris, orang Hewi dan orang Yebus (Ul.7: 1). Yerusalem terletak di tengah daerah perbukitan, merupakan kota kunci dalam peristiwa-peristiwa historis dalam Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, namun secara geografis sumbangan kota ini kurang menarik, dengan persediaan air yang terbatas, iklim yang tidak nyaman, dan tanah yang tandus akan tetapi di tangan orang-orang Yebus, kota ini terhampar dengan baik sekali di wilayah utara Yehuda, di perbatasan dengan suku-suku utara.

Orang Yebus adalah penduduk yang menghuni daerah di sekitar Yerusalem (Yos.15: 63). Di samping kota itu sendiri, yang merupakan kubu penting, tanah-tanah itu diduduki oleh Yosua ketika ia menggantikan Musa untuk memimpin bangsa Israel masuk tanah Kanaan (Yos.11: 3), Daud (2 Sam.5: 9) dan Salomo (1 Raj.9: 20-21) melengkapkan penaklukan itu dan Yerusalem menjadi ibukota kerajaan Israel yang menyatu dibawah kedua raja ini. Daud membeli beberapa bidang tanah dari Aruna, salah seorang penduduk Yebus, dan diatasnya dibangun sebuah mezbah (2 Sam.24: 18-24). Kecerdikan Daud adalah memilih kota yang netral ini sebagai ibukota ideal, sehingga dari sana ia dapat memerintah, baik utara maupun selatan dalam kesatuan religius dan politis. Di bawah Yoab, panglimanya, kota ini diserbu dan direbut (2 Sam. 5: 8). Yerusalem terletak di gunung Moria yaitu daerah perbukitan yang didiami oleh orang Yebus.


B. Peristiwa-peristiwa yang berkaitan dengan gunung Moria (gunung Sion):

1.         Sekitar tahun 1700 sM. Di Gunung Moria. Melkisedek, raja Salem, yang sekaligus juga sebagai imam Allah Yang Mahatinggi membawa roti dan anggur lalu memberkati Abraham. Salem adalah kata Ibrani untuk "damai", sebagai nama tempat Salem biasanya dihubungkan dengan Yerusalem (Maz.76: 3). Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama raja kebenaran, ia adalah raja Salem (Yerusalem) yaitu raja damai sejahtera (Ibr.7: 2). Melkisedek adalah lambang dari Yesus Kristus yang membawa tubuh dan darah-Nya di atas kayu salib untuk menebus dosa manusia.

2.         Gunung Moria juga adalah tempat di mana Abraham waktu ia ingin menyembelih Ishak, anak yang dijanjikan itu, oleh karena iman Abraham telah teruji maka Allah menggantikan Ishak dengan seekor domba jantan untuk disembelih oleh Abraham (Kej.22:1-2). Hal ini adalah lambang dari Yesus Kristus, Sang Anak Domba Allah, yang disembelih untuk menebus dosa manusia.

3.         Sekitar tahun 962 sM. Di Gunung Moria, di Yerusalem adalah tempat dimana Salomo, anak Daud membangun Bait Allah dalam bulan Ziw, yaitu bulan kedua.
4.         Sekitar tahun 30 M. Di Gunung Moria yang disebut Sion, di Yerusalem, adalah tempat dimana Yesus Kristus, Sang Raja Damai, disiksa seperti layaknya anak domba yang dibawa ke pembantaian. Ia memberi tubuh-Nya untuk diremukan secara perlahan-lahan dan mencurahkan darah-Nya yang kudus untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang yang mau datang kepada-Nya. Ia dijatuhi hukuman mati kemudian akhirnya mati disalibkan namun bangkit pada hari yang ke-tiga. Kematian dan kebangkitan Kristus menggenapi peristiwa-peristiwa Perjanjian Lama yang terjadi di gunung Moria.
Bangsa Israel terserak ke segala bangsa dan tinggal sebagai orang asing selama 2534 tahun yang mulai dari masa pembuangan ke Babel tahun 586 sM sampai kemudian berdirinya negara Israel tahun 1948 yang ditandai dengan datangnya sejumlah besar orang-orang Yahudi dari segala bangsa ke tanah Palestina. Apakah kedatangan orang-orang Yahudi ke tanah Palestina hanya bagian dari sistem politik dunia? Atau apakah hal itu merupakan peristiwa yang sudah di nubuatkan sebelumnya? TUHAN Allah berfirman melalui nabi Yeremia bahwa kerajaan Yehuda akan menjadi tawanan bangsa Babel dan tinggal di disana selama 70 tahun (Yer. 25: 11). Ketika bangsa Babel ditaklukan oleh Persia, genaplah firman TUHAN yang diucapkan Yeremia. Koresy, raja Persia itu memerintahkan kepulangan bangsa Israel ke Yerusalem.
Apakah yang perintah Koresy itu hanyalah kebijakan politik untuk mengambil hati orang Yahudi? TUHAN lah yang  menggerakan hati Koresy untuk menggenapkan nubuat yang diucapkan Yeremia, lagipula dalam 2 Taw.36: 23, Koresy sendiri dengan tegas menyatakan bahwa TUHAN Allah lah yang menugaskan dirinya untuk membangun kembali Bait Allah di Yerusalem, di tanah Yehuda dan memulangkan orang Yahudi ke tanahnya. Mengenai Koresy, TUHAN Allah sendiri mengatakan bahwa "Akulah yang menggerakan Koresy untuk maksud penyelamatan, dan Aku akan meratakan jalannya; dialah yang akan membangun kota-Ku dan yang akan melepaskan orang-orang-Ku yang ada dalam pembuangan, tanpa bayaran dan tanpa suap" (Yes.45: 13). Jadi, peristiwa kembalinya bangsa Yahudi dari Babel adalah nubuat Kitab Suci yang menyatakan bahwa sesudah genap 70 tahun bangsa itu akan kembali ke tanahnya.
Pada tahun 1948, dunia juga diperhadapkan dengan terbentuknya negara Israel yang berdaulat dan yang kemudian terjadinya eksodus besar-besaran bangsa Yahudi dari penjuru dunia. Apakah peristiwa ini hanya merupakan suatu kebijakan politik semata atau hanya suatu kebetulan yang menyebabkan situasi di Timur Tengah tegang? Kebanyakan orang Yahudi pada masa Yesus menganggap bahwa Mesias yang dijanjikan itu adalah Seseorang Pembebas yang akan membebaskan bangsa Israel dari kuasa penjajahan Romawi saat itu. Agaknya orang Yahudi membayangkan figur Mesias sebagai seorang pemimpin pemberontakan. Pola pikir yang keliru ini juga terdapat dalam benak murid-murid Yesus yang juga merupakan orang Yahudi. Dalam Lukas 24: 19-21, salah seorang dari murid Yesus dengan muka muram berkata "Yesus orang Nazaret yang adalah nabi yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah meyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibankan-Nya. Padahal kami dahulu mengharapkan bahwa Dialah yang akan datang untuk membebaskan bangsa Israel." Murid itu tampaknya kecewa pada keputusan pemimpin-pemimpin agamanya dan merasa sedih karena harapannya untuk memiliki bangsa yang merdeka telah hilang seiring dengan kematian Yesus. Jadi, semua orang Yahudi, termasuk para murid Yesus agaknya mengharapkan bahwa Yesus adalah Pribadi yang akan memerdekakan bangsa Israel dari penjajah Romawi saat itu, mereka tidak mengerti dan memahami bahwa sesungguhnya kemerdekaan yang dijanjikan Yesus Sang Mesias adalah kemerdekaan umat manusia dari dosa dan hukuman kekal. 
Dalam Kis.1: 6-7, sebelum Ia terangkat ke sorga, Yesus menyatakan kepada murid-murid-Nya (walaupun secara tidak langsung) bahwa Israel akan dipulihkan. Murid-murid bertanya: "Tuhan maukah Engkau pada masa ini memulihkan kerajaan bagi Israel?", Jawab Yesus: "Engkau tidak perlu mengetahui masa dan waktu, yang ditetapkan Bapa sendiri menurut kuasa-Nya.". Dalam percakapan itu, kita dapat mengetahui hasrat para murid Yesus yang ingin melihat kemerdekaan Israel dari Romawi namun Yesus agaknya mengatakan bahwa masa bagi terciptanya Israel yang merdeka belum genap. Yesus menghendaki murid-Nya untuk tidak terlalu memikirkan perkara yang di bumi tetapi perkara yang di atas (sorga) dengan menyebarkan berita Injil sampai ke ujung bumi (Kol.3: 2). Sebelum Yesus terangkat ke sorga, Ia mengatakan bahwa ada masa dan waktu yang ditetapkan Bapa untuk terciptanya Israel yang merdeka. Lalu kapankah masa dan waktunya itu? Masa dan waktu itu digenapi pada tahun 1948 yaitu saat negara Israel terbentuk. Kitab Suci memang telah menubuatkan tentang kelahiran, kematian, kebangkitan, kenaikan Yesus Kristus yang akhirnya sudah digenapi dan kedatangan-Nya akan segera akan digenapi tetapi waktu dan masanya tidak diketahui dengan pasti sebelumnya. Masa dan waktu mengenai terbentuknya negara Israel juga tidak diketahui dengan pasti sebelumnya sampai pada akhirnya tergenapi tahun 1948 hal ini sama seperti ketika nanti Yesus akan datang untuk yang kedua kalinya.

C. Nubuat tentang terbentuknya negara Israel.

Bangsa Israel sungguhnya belum benar-benar mendapatkan kemerdekaan atas tanah yang dijanjikan itu, mulai dari masa sekembalinya dari pembuangan di Babel (538 M). Setelah masa Babel, bangsa Israel masih kembali dijajah oleh bangsa Yunani, bangsa Romawi, kekaisaran Bizantium (Konstantinopel), bangsa Arab, bangsa Turki dan Britania (Inggris). Kitab Amos adalah kitab yang ditulis sebelum pembuangan ke Babel, yaitu dalam zaman Uzia, raja Yehuda dan dalam zaman Yerobeam, raja Israel. Dalam Amos 9: 14-15, kita membaca suatu pernyataan Allah mengenai bangsa Israel yang tertulis demikian:
"Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel: mereka akan membangun kota-kota yang licin tandas dan mendiaminya; mereka akan menanami kebun-kebun anggur dan minum anggurnya; mereka akan membuat kebun-kebun buah-buahan dan makan buahnya. Maka Aku akan menanam mereka di tanah mereka, dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah Kuberikan kepada mereka" firman TUHAN, Allahmu.(Amos 9: 14-15)

Ayat tersebut agaknya bukan mengacu pada masa setelah pembuangan dari Babel tetapi mengacu pada masa dimana Israel bebas sepenuhnya dari penjajahan asing manapun, karena faktanya bahwa setelah masa Babel, tanah perjanjian itu kembali berada dalam masa penjajahan bangsa-bangsa asing: Yunani, Romawi, Bizantium, Arab, Turki dan Inggris. Selama kurang lebih 2500 tahun, bangsa Israel masih terserak dan belum dapat membangun kota-kota yang licin dan diam di tanah itu dengan mengusahakannya seperti yang dinubuatkan dalam Amos 9: 14-15. Dalam Amos 9: 14-15, kita dapat melihat beberapa hal yang harus diperhatikan berhubungan dengan nubuat itu:

1. Allah akan memulihkan kembali Israel.
2. Orang Yahudi akan membangun kota-kota dan mengusahakan tanah yang dijanjikan itu.
3. Bangsa Israel akan dikumpulkan dan akan tinggal tetap di tanah yang dijanjikan itu dan tidak akan terserak lagi.

            Sebelum Yesus terangkat ke sorga, ia mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa ada suatu masa dan waktu dimana Allah Bapa menurut kuasa-Nya akan memulihkan Israel (Kis.1: 6-7). Pernyataan Tuhan kita itu agaknya berkaitan erat dengan pernyataan Allah yang terdapat dalam Amos 9: 14, "Aku akan memulihkan kembali umat-Ku Israel". Pada tahun 1948 nubuatan mengenai pemulihan Israel digenapi dengan terbentuknya negara Israel yang berdaulat yang diikuti datangnya orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke tanah yang dijanjikan itu.

          Pada waktu itu Aku akan membawa kamu pulang, yakni pada waktu Aku mengumpulkan kamu, sebab Aku mau membuat kamu menjadi kenamaan dan kepujian di antara segala bangsa di bumi dengan memulihkan keadaanmu di depan mata mereka.
(Zefanya 3: 20)
Lalu bagaimanakah sikap dan pandangan kita sebagai murid-murid Kristus terhadap konflik di Timur Tengah? Kita perlu menyadari bahwa pengorbanan Kristus di kayu salib adalah untuk menyelamatkan semua orang di dunia ini dari hukuman kekal dan untuk itulah kita harus fokus pada perkara yang diatas yaitu memberitakan Injil sampai ke ujung bumi bukan fokus memikirkan situasi terkini politik dunia. Konflik yang terjadi antara Israel dan Palestina sebenarnya adalah murni masalah hak kepemilikan tanah yang saat ini dikenal dengan sebutan tanah Palestina. Sekalipun ada beberapa kelompok yang mengkaitkannya dengan isu agama, hal itu dikarenakan kurangnya pemahaman yang disertai dengan fanatisme keagamaan yang buta. Bagi kita adalah Yesus Kristus mati untuk menyediakan keselamatan bagi semua orang di segala bangsa, suku dan bahasa. Agama dan kepercayaan di dunia boleh banyak tapi hanya ada satu Juruselamat dunia yang oleh-Nya setiap orang memperoleh kehidupan kekal.

Ketika para pemimpin bangsa di dunia ini melalui berbagai organisasi kemanusiaannya menjanjikan kedamaian dan ketentraman, hanya Yesus Kristus yang dengan tegas dapat berkata:"Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu" (Yoh.14: 27). Ketika para pemimpin agama-agama besar berceramah mengenai sorga, hanya Yesus Kristus yang dengan tegas dapat berkata:"Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya kepada-Ku, ia akan hidup walaupun ia sudah mati" (Yoh.11: 25). Agama dan dunia ini tidak dapat memberikan manusia kedamaian di bumi dan kepastian sorga setelah kematian (jamani) kelak. Namun hanya ada Satu Pribadi yang telah mengatakan dan membuktikannya, yaitu Dia yang telah mati disalibkan lalu bangkit dari kematian pada hari ke-3, Yesus Kristus. 

Sejarah menyatakan bahwa nama Palestina yang berasal dari kata Ibrani "Filistin" adalah nama yang dibuat oleh kaisar Roma, Andrianus pada tahun 135 M. Perubahan nama ini dimaksudkan untuk menjauhkan orang Yahudi dari tanah dan negaranya dan agar mereka kehilangan semangat nasionalismenya dan agar orang-orang Yahudi pada masa itu kehilangan status kebangsaannya. Sejak nama Palestina dikenakan pada tanah itu, secara turun temurun orang-orang yang tinggal disana menyebut dirinya bangsa Palestina, mereka adalah orang Yahudi, Arab, Mesir, dan berbagai pendatang lainnya dari Eropa. Jadi sesunguhnya, bangsa Palestina bukanlah bangsa Filistin yang terdapat dalam kisah Perjanjian Lama, hanya namanya saja yang dikutip oleh kaisar Andrianus. Tanah Kanaan adalah tanah yang dijanjikan Allah kepada Abraham yang diteruskan kepada bangsa Israel. Ketika bangsa itu keluar dari tanah Mesir, Allah memimpin mereka untuk masuk ke tanah Kanaan, dan mereka menaklukan bangsa-bangsa kafir yang berdiam di tanah itu dengan penyertaan Allah melalui Musa.

Tanah yang dijanjikan itu terbentang dari Dan yaitu yang berbatasan dengan pegunungan Libanon di utara sampai pada Bersyeba di selatan (1 Sam.3: 20) yang jaraknya " 240 km. Nama Palestina diberlakukan pada tahun 135 (abad ke-2) untuk mengganti nama provinsi Yudea, dimana kota Yesusalem terletak. Namun setelah masa Romawi berakhir dan ketika Yerusalem berada dalam penguasaan Islam sampai abad 20, selama tenggat waktu yang cukup lama itu, nama Palestina lama-kelamaan dipakai untuk merujuk luas daerah dari Dan di utara dan Bersyeba di selatan. Orang-orang Zionis modern melihat negara Israel sebagai termasuk dalam janji negeri dari zaman dulu, mereka mengklaim tanah Palestina merupakan tanah yang dijanjikan itu.

Banyak orang Muslim menganggap bahwa perang yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina adalah sebuah peperangan antara agama Yahudi atau agama Kristen terhadap agama Islam. Dan juga ada beberapa komentator Muslim yang mengkaitkan Jihad dengan perang dalam Perjanjian Lama yang dilakukan bangsa Israel yang dipimpim Musa lalu Yosua. Bagi orang Muslim jihad berarti berperang untuk membela agama Allah dan mereka percaya bahwa seseorang yang mati dalam jihad rohnya akan langsung menuju sorga. Mereka percaya darah mereka membeli jaminan kekal mereka. Inilah konsep jihad yaitu mati sebagai martir di dalam sebuah fatwa yang dinyatakan. Dalam Alquran, jihad adalah perang untuk membela Allah tetapi dalam Alkitab (khususnya dalam PL) justru Allah lah yang berperang untuk umatnya pilihannya. Dalam Alquran, orang yang mati dengan mencurahkan darahnya dalam perang jihad untuk Allah akan memperoleh hidup kekal tetapi dalam Alkitab, justru Allah lah yang mati dengan mencurahkan darah-Nya di kayu salib untuk menyediakan hidup kekal bagi manusia. 

Beberapa komentaor Muslim lainnya mengganggap bahwa pengajaran Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru sangatlah bertolakbelakang. Mereka berkata bahwa kisah di PL menggambarkan kekerasan sedangkan kisah di PB menggambarkan kasih dan kelembutan. Dalam PL, Allah memang berfirman untuk memerintahkan Israel untuk membunuh, mambakar dan menumpas habis bangsa-bangsa kafir untuk dapat masuk dan mendiami tanah perjanjian itu (lih. Ul. 7) tetapi hal itu terjadi apabila selama mereka taat, apabila Israel tidak taat, bersungut-sungut kepada Allah atau murtad dengan menyembah berhala maka Israel sendirilah yang akan ditumpas oleh bangsa kafir itu (Ul.1: 41-46). Kisah-kisah dalam PL menggambarkan dengan jelas bahwa Allah sangat membenci dosa dan dosa harus dihukum. Sekalipun Allah memihak kepada bangsa Israel, namun apabila bangsa itu melakukan penyembahan kafir seperti yang dilakukan bangsa-bangsa disekitarnya maka Allah tidak segan-segan untuk menyerahkan bangsa Israel untuk ditumpas. Allah mempunyai 2 karakter dasar, yaitu: Kasih dan Keadilan. Allah sangat mengasihi manusia namun dilain sisi keadilan-Nya harus menghukum dosa manusia. Jadi, jangan mendefinisikan atau menyamakan perintah Allah kepada Israel untuk menumpas bangsa-bangsa kafir pada zaman itu seperti halnya fatwa berjihad dalam ajaran Muslim. Karena sama sekali berbeda dalam hal konteks, motivasi dan sasaran rohaninya. 

PL mengajarkan bahwa dosa-dosa manusia harus mendatangkan hukuman tanpa ampun dan Allah mengasihi umat Israel dan bangsa lain untuk hidup dalam kasih-Nya. Ia ingin agar bangsa Israel pada zaman PL dapat menarik bangsa-bangsa kafir untuk menyembah-Nya, Allah yang maha kuasa. PB juga mengajarkan penghukuman atas dosa-dosa manusia dan Allah yang mengasihi kita. Namun dalam PB, Allah sendirilah yang menanggung hukuman dosa-dosa manusia dengan mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia. Ia melakukan itu karena Ia mengasihi kita. Jadi, pengajaran PL dan PB adalah sama yaitu mengenai kasih dan keadilan mutlak Allah. 

Alkitab menyebutkan bahwa ada orang-orang asing (non-Israel) yang ikut dalam perjalanan bangsa Israel ke tanah perjanjian (Bil.9: 14) dan mereka harus dihormati dan dikasihi (Kel.22: 21; 23: 9). Bangsa Israel pada zaman itu berperang bukan untuk mati memperoleh sorga ataupun untuk memberikan kemenangan pada Allah ataupun berperang untuk membela Allah TETAPI bangsa Israel melakukan perang Tuhan yaitu perang dimana Allah lah yang berperang untuk memberikan umat-Nya kemenangan (Ul.23: 22). Dengan demikian, sudut pandang dan motivasi perang dalam jihad sangatlah bertolak belakang dengan sudut pandang dan motivasi perang dalam PL. Jadi, firman yang diucapkan Allah dalam PL dan PB adalah sama, yaitu: Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu (Ul.6: 5); Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri (Im.19: 18). Bukankah Yesus Kristus juga berkata demikian? (lih. Mat.22: 34-40).       
           
Kasih Allah dalam PL hanya ditujukan kepada bangsa Israel dan juga bangsa-bangsa asing yang tinggal bersamanya. Orang Israel asli dan orang asing itu harus melaksanakan aturan-aturan Taurat yang diberikan Allah kepada Musa. Namun, kasih Allah dalam PB ditujukan kepada semua orang dari segala bangsa. Oleh karena Yesus telah datang untuk menggenapi hukum Taurat (Mat.5: 17) maka orang-orang dari segala bangsa yang percaya kepada Yesus tidak lagi harus tunduk dan melaksanakan aturan-aturan Taurat tetapi hukum kasih. Jadi, dalam cinta kasih Allah dalam Yesus, tidak ada lagi Yahudi, Arab, Romawi, Yunani dll, semuanya adalah satu. 

Sebagai orang Kristen, kita harus melihat masalah klasik antara Israel dengan Palestina ini dari sudut pandang Tuhan kita, Yesus Kristus, sebab tanah perjanjian yang dijanjikan Tuhan Yesus bagi segala bangsa yang menerima-Nya adalah yang rohani, yaitu Yerusalem sorgawi bukannya yang duniawi seperti tanah perjanjian di Palestina sana. Hanya kasih Kristus dan doa orang-orang percaya yang dapat memperdamaikan, semangat fanatisme keagamaan tidaklah dapat menyelesaikan apapun. Kita harus berdoa bagi perdamaian antara negara Israel dan Palestina dan juga bagi bangsa-bangsa di dunia, sebab Yesus Kristus telah mati di kayu salib untuk menebus segala bangsa di dunia. Yesus Kristus tidak memandang ras, suku, gender, ataupun tingkat sosialnya karena siapa yang menerima-Nya akan menjadi satu dalam kerajaan-Nya yang kekal.

Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita dan yang telah mengutus Anak-Nya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita. …Jikalau Allah sedemikian mengasihi kita,
 maka haruslah kita juga saling mengasihi.
(1Yohanes 4: 10-11)
 Negara Israel akan selalu mendapat tekanan dari bangsa-bangsa disekitarnya, keadaan ini agaknya tidaklah berbeda seperti era Perjanjian Lama, saat bangsa Israel mendiami tanah Kanaan. Namun kita tahu bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang selalu menepati janji-Nya. Negara Israel terbentuk pada tahun 1948 secara tidak diduga-duga, dan respon pertama bangsa-bangsa disekitarnya adalah mencoba menggagalkannya. Dan kita tahu bahwa salah satu tugas besar Iblis adalah menggagalkan rencana Allah seperti apa yang dilakukan Herodes dengan membunuh anak yang berumur dua tahun kebawah di masa ketika Yesus dilahirkan ke dunia (Mat.2: 16-18). Reaksi Iblis (melalui Herodes) ketika Yesus Kristus dilahirkan di Betlehem adalah mencoba membunuh-Nya, demikian juga halnya ketika negara Israel terbentuk, reaksi Iblis adalah mencoba menghancurkannya. Kelak kedatangan Yesus Kristus yang kedua kalinya sebagai Hakim akan secara tiba-tiba, seperti terbentuknya negara Israel yang tak disangka-sangka. Masa dan waktunya sudah sangat dekat dimana Iblis dan orang-orang yang menolak keselamatan dalam Yesus Kristus akan dilempar ke dalam lautan api selama-lamanya, dan kita umat pilihan Allah yang telah ditebus dari segala bangsa dan bahasa akan hidup selama-lamanya dalam kerajaan Allah.
Pandangan orang-orang Yahudi (di negara Israel sekarang) terhadap Yesus Kristus dalam kekeristenan tidaklah berbeda dengan zaman Yesus dulu. Mereka masih menolak Yesus Kristus yang disalibkan itu sebagai Mesias yang mereka tunggu-tunggu. Namun, di Israel sekarang ini ada komunitas Yahudi yang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus, mereka dinamakan Messianic Yahudi. Jumlah mereka sedikit sekali, sekitar 6000-15.000 (kemungkinan besar akan semakin bertambah) tetapi mereka menyebabkan kebencian pada populasi Yahudi yang lebih besar sejak zaman Yesus. Beberapa rabi memandang perpindahan keyakinan Messianic orang Yahudi kepada Kristen sebagai bagian dari rancangan besar para penginjil untuk menggenapi nubuatan Alkitab (yang membutuhkan pertobatan orang-orang Yahudi) dan mempercepat kedatangan Mesias. Messianic Yahudi ikut merayakan acara-acara Yudaisme (agama Yahudi), perayaan dan adat istiadatnya tetapi mereka percaya bahwa Yesus sebagai Mesias.
Tetapi, akhir-akhir ini, kemarahan diantara orang Yahudi ortodok garis keras telah menyebarkan kekerasan yang terisolasi. Orang-orang Messianic Yahudi yang tinggal di padang gurun Negev berkata bahwa mereka terus menerus dilecehkan dan diserang oleh murid-murid yeshiva, beberapa mereka terinspirasi oleh Yad L'achem, organisasi keagamaan yang didirikan untuk membasmi kegiatan missionari di Israel. Orang-orang Kristen yang tinggal di Israel berkata bahwa selama mereka menjauh dari pelayanan missionari (yang dilarang oleh pemerintah Israel) mereka boleh beribadah dengan bebas. Pemerintah Israel dalam posisi serba-salah: Pemerintah ingin mengijinkan para penziarah Kristen menuju Tanah Suci demi pendapatan dari bidang pariwisata, tetapi pemerintah juga ingin menghalangi para missionari yang berusaha menarik orang Yahudi kepada kekeristenan. Mari kita berdoa bagi pekabaran Injil di tengah-tengah bangsa Yahudi di Israel.
Tuhan kita telah mengatakan: "Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah terlebih dahulu membenci Aku dari pada kamu."(Yoh.15: 18). Dimanapun Injil diberitakan, disitu pasti ada pertentangan. Pertentangan ini adalah kesaksian Iblis, sang penguasa dunia (hanya sementara) atas kabar keselamatan dalam Yesus Kristus. Fanatisme hukum-hukum keagamaan dan kekerasan radikal atas nama agama, animisme, olkutisme, komunisme, hendonisme, liberalisme, materialisme, kaum ateis dll merupakan tembok-tembok penghalang yang menghalangi manusia untuk mengenal kabenaran dan kasih Yesus Kristus. Bagi manusia adalah mustahil untuk memenangkan mereka namun bagi Allah kita tidak ada yang mustahil. Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan mengalami kematian (jasmani) tetapi tidak semua orang yang memiliki jaminan kehidupan kekal setelah kematian. Bagi setiap orang yang memiliki Kristus di dalam hatinya, kematian adalah awal dari kehidupan kekal. Yesus datang ke dunia bukan untuk menawarkan agama baru kepada manusia tetapi Ia datang untuk menawarkan kehidupan kekal dalam kerajaan sorga bagi orang yang mau percaya pada-Nya dan bertekun dalam ajaran-Nya.
Yesus berkata:"Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan."(Yoh.10: 10b). Jangan terlalu menjadikan bencana-bencana alam, kabar perang bahkan munculnya ajaran-ajaran sesat yang menentang Injil sebagai patokan dasar tanda kedatangan Yesus karena itu semua akan ada di sepanjang zaman. Namun Alkitab menyatakan dengan jelas bahwa Kristus akan datang setelah kabar Injil sudah diberitakan di semua bangsa (band. Mat.24: 14), hal ini bukan berarti semua orang di dunia akan menjadi Kristen. Jemaat Kristen pada abad pertama mungkin menganggap ayat ini masih terlihat jauh penggenapannya, tetapi pada abad sekarang ini, dengan kemajuan teknologi informasi yang pesat, penggenapan ayat itu sudah semakin mendekati penggenapannya walaupun tidak ada seorangpun tahu kapan hal itu terjadi. Sebagai orang Kristen kita harus memelihara keselamatan yang kita peroleh ini dengan hati-hati dengan menjaga cara hidup kita berdasarkan ajaran Kristus sebab waktunya telah sangat singkat sekali.        
          Dalam konteks Perjanjian Baru, diamana Yesus telah menebus semua bangsa dari dosa, istilah Israel dikiaskan sebagai gereja. Rasul Paulus menandaskan bahwa janji Allah yang diberikan kepada umat Yahudi kini telah diwarisi umat Kristen, yang adalah sisa yang setia (Rom.9: 6). Pemilihan Yesus atas keduabelas murid menandakan semacam hubungan berkelanjutan dari keduabelas suku Israel and gereja disebut sebagai keduabelas suku diperantauan (Yak.1: 1,bnd 1 Pet.1: 1). Paulus menyebut gereja, yang merupakan campuran umat Yahudi dan bukan Yahudi, sebagai Israel miliki Allah. Dengan demikian gereja adalah Israel baru yang akan mewarisi tanah perjanjian kekal, yaitu kerajaan Allah.

Dan Injil Kerajaan ini akan di beritakan ke seluruh dunia menjadi kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.
(Matius 24: 14)



II. SEJARAH ALKITAB

            Ketika Yesus datang ke dalam dunia bukan untuk duduk dan menghabiskan waktu-Nya untuk menulis kitab-kitab tetapi Ia datang untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan yang telah diperintahkan Allah untuk disampaikan kepada umat manusia. Dalam 3 tahun masa pelayanan-Nya, Ia memang tidak menulis satu kitab pun, namun Ia menuliskan pesan Injil kerajaan Allah itu dalam loh hati murid-murid-Nya. Era perjanjian baru sesungguhnya telah dinubuatkan oleh Allah dalam kitab Yeremia 31. Perjanjian baru yang dimaksud itu adalah suatu masa di mana akan tiba saatnya bahwa Taurat TUHAN akan terukir dalam hati dan batin umat manusia, pertama-tama dari kaum Yahudi lalu kepada seluruh bangsa dan kaum diseluruh dunia. Penggenapan nubuatan ini akhirnya digenapi dengan perkaatan Yesus, yang berkata "…Aku datang bukan untuk meniadakannya (hukum Taurat), melainkan untuk menggenapinya". Jadi, berita Injil diberikan dan dinyatakan Yesus kepada murid-murid-Nya secara lisan yang didasari oleh peristiwa-peristiwa faktual yang menyatakan bahwa Yesus adalah Allah Yang Maha Kuasa. Jadi, melalui kematian dan kebangkitan Yesus, manusia yang percaya tidak akan mengalami hukuman melainkan akan memperoleh kehidupan kekal dalam kerajaan sorga, yaitu barangsiapa yang menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamatnya serta bertekun dalam pengajaran-Nya sampai saat Ia datang kembali.         
           
Alkitab (Bible) berasal dari kata Yunani Biblia yang berarti "kitab-kitab". Perjanjian Lama terdiri dari 24 kitab yang ditulis dalam bahasa Ibrani (beberapa perikop ditulis dalam bahasa Aram), tetapi pada waktu Reformasi, kitab-kitab Ibrani itu disusun ulang sehingga seluruhnya menjadi 39 kitab yang merupakan jumlah dalam Authorized Version (KJV) dan revisi-revisi berikutnya. Perjanjian Baru terdiri dari 27 kitab yang ditulis dalam bahasa Yunani. 

Secara tradisional, Alkitab Ibrani dibagi menjadi tiga bagian: Taurat (Torah), Nabi-nabi (Nebi'im) dan kitab-kitab (Ketubim). Orang Yahudi menggunakan akronim (singkatan) "Tanak" untuk Kitab Suci mereka. Tanak merupakan kata yang dibentuk dari huruf-huruf pertama Torah, Nebi'im dan Ketubim.

1.      Taurat (Torah) yaitu kelima kitab pertama yang disebut juga Pentateukh: Kejadian, Keluaran, Imamat, Bilangan dan Ulangan.
2.      Nabi-nabi (Nebi'im): Yusak, Hakim-hakim, Samuel, Raja-raja.
Nabi-nabi yang kemudian: Yesaya, Yeremia dan Yehezkiel.
Dua belas nabi-nabi kecil: Hosea, Yoel, Amos, Obaja, Yunus, Mikha, Nahum, Habakuk, Zafanya, Hagai, Zakaria dan Maleakhi.
3.      Kitab-kitab (Ketubim): Mazmur, Ayub, Amsal Salomo, Rut, Kidung Agung, Pengkhotbah, Ratapan, Ester, Daniel, Ezra, Nehemia dan Tawarikh.

Kanon, dalam bahasa Yunani, berarti "penggaris" atau "ukuran" dan dikenakan pada kitab-kitab dalam Alkitab yang dianggap otoritatif.

Terjemahan Alkitab Ibrani (Tanak) ke dalam bahasa Yunani dikenal sebagai "Septuaginta (LXX)". LXX berisikan kitab-kitab yang tidak terdapat dalam Tanak yang disebut sebagai apokrif. LXX memuat Tanak yang ditambah: 1 Edras, Kebijaksanaan Salomo, Yesus ben Sirakh, Yudit, Tobit, Barukh, Surat Yeremia, 1, 2, 3, 4 Makabe, Tambahan Kitab Daniel dan Tambahan Kitab Ester. Septuaginta dinyatakan dengan tanda LXX, yang diambil dari legenda bahwa terjemahan Yunani dari PL Ibrani itu dilakukan di Aleksandria oleh 70 (atau 72) ahli Yahudi dalam 70 hari. Terjemahan Alkitab bahasa Yunani ini dilakukan pada tahun 245-246 sM. LXX merupakan perbandingan berharga untuk naskah Ibrani resmi dan LXX menjadi Alkitab orang Kristen mula-mula yaitu masa ketika Kanon PB belum terbentuk.

Setelah keruntuhan Yerusalem (70M) masa depan Yudaisme (agama Yahudi) ditegakan oleh tradisi para rabi Farisi. Mereka menerima 24 kitab dalam Kitab Suci Ibrani sebagai yang otoritatif, tetapi menolak tambahan manuskrip-manuskrip yang terdapat dalam LXX dan menyatakannya sebagai kitab-kitab apokrif (yang "disembunyikan"). Pada tahun 383 – 405 M, Hieronimus menerjemahkan PL ke dalam bahasa Latin yang dikenal dengan "Vulgata" atas permintaan Paus Damasus, ia memperlakukan tambahan-tambahan apokrif bukan sebagai Kanon (yang otoritatif) namun hanya sebagai sesuatu yang mendatangkan kebaikan. Gereja Katolik Roma memasukan kitab-kitab aprokif dari LXX sehingga PL Katolik Roma menjadi 43 kitab. Dalam era Reformasi, kaum Protestan kembali pada kanon PL Ibrani yang lebih pendek, hal ini dikarenakan mereka tidak mengakui doktin Katolik dalam kitab-kitab apokrif PL seperti: 2 Makabe (mengenai doktrin api penyucian) dan kitab Tobit (mengenai pembenaran oleh perbuatan). Mereka juga menggangap bahwa kitab-kitab apokrif tersebut berisi doktrin seperti doa untuk orang mati. Meskipun ada perbedaan kanon PL diantara Katolik dan Protestan, hal tersebut bukanlah persoalah yang harus dipertentangkan karena Kitab Suci tidak dapat memberikan keselamatan, hanya melalui iman dalam Yesus Kristus lah keselamatan dapat diperoleh oleh setiap orang.

Dan keselamatan tidak ada di dalam siapapun juga selain di dalam Dia (Yesus), sebab di bawah kolong langit ini tidak ada nama lain yang diberikan kepada manusia yang olehnya kita dapat diselamatkan.
(Kisah Para Rasul 4: 12)

Proses akhir penentuan kanon dalam Perjanjian Lama (39 kitab) dan Perjanjian Baru (27 kitab) berlangsung secara bertahap dan kotroversial. Dalam pembentukan kitab-kitab kanonik PB (khususnya keempat Injil kanonik: Matius, Markus, Lukas dan Yohanes), banyak terdapat tantangan dan argumentasi-argumentasi yang kedengaran aneh mengenai Yesus yang berasal dari tulisan aliran bidat-bidat Gnostikisme dan montanisme yang ajarannya sangat bertentangan dengan karya keselamatan dalam nama Tuhan Yesus Kristus. Athanasius dari Aleksandria menulis sepucuk surat pada tahun 367 M, memberikan daftar 27 kitab PB (dan beberapa lainnya untuk bacaan pribadi). Hal ini menjadi bukti pertama kanon akhir lengkap dari kekeristenan Timur. Konsili Kartago (397 M) melarang kitab-kitab non-kanonik dibaca secara umum, dan melampirkan daftar resmi ke-27 kitab kanonik. Ketetapan kanon resmi PB merupakan pertahanan Katolikisme Ortodoks dalam melawan aliran-aliran bidat Gnostikisme dan montanisme. Kriteria penerimaannya antara lain: Kepenulisannya oleh seorang rasul; reliabilitas dari saksi Kristus dan kesepakatan luas gereja-gereja.

Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi.
(Lukas 24: 27)

            Kitab Suci yang digunakan pada masa pelayanan Yesus di bumi tampaknya adalah adalah Alkitab Ibrani (Tanak) atau mungkin juga adalah Septuaginta (LXX), namun hal itu tidak dapat dipastikan secara pasti dan jelas Alkitab terjemahan mana yang lebih cenderung digunakan pada saat itu. Dalam Lukas 24: 27 dan 44, Yesus menjelaskan bahwa Kitab Suci yang dimaksud pada saat Ia masih ada di bumi adalah kitab-kitab Musa (Torah), kitab nabi-nabi (Nebi'im) dan kitab-kitab (Ketubim) yang di wakilkan oleh kitab Mazmur. Menurut kamus Alkitab (W.R.F Browning), Kitab Suci dalam Yudaisme (agama Yahudi) akhirnya terbatas pada kitab-kitab PL yang diakui secara kanonik (24 kitab, yang setelah disusun ulang tanpa menambahkannya menjadi 39 kitab). Orang Kristen awal menggunakan PL dalam bahasa Yunani (LXX), yang adalah Kitab Suci bagi mereka tetapi dalam perjalanan sejarah tulisan-tulisan Kristen juga menjadi "kitab suci" pada waktu pengertian kanon dirumuskan. Selama masa pelayanan-Nya di muka bumi, Yesus pernah mencela ahli-ahli agama Yahudi oleh karena kebutaan rohani yang mereka alami. Yesus mengatakan kepada mereka: "kamu menyelidiki Kitab-kitab Suci, sebab kamu menyangka bahwa oleh-Nya, kamu mempunyai hidup yang kekal, tetapi walaupun Kitab-kitab Suci itu memberi kesaksian tentang Aku, namun kamu tidak mau datang kepada-Ku untuk memperoleh hidup itu."(Yoh.5: 39-40).

            Kelihatannya Yesus mengatakan kepada ahli-ahli agama Yahudi seperti ini" Kitab-kitab Suci tidak dapat memberikan engkau keselamatan dan kehidupan kekal. Kitab-kitab Suci hanyalah petunjuk arah ke dalam keselamatan dan kehidupan kekal itu yang hanya dapat diberikan oleh Aku seorang". Kitab-kitab Suci berbicara dengan jelas bahwa Sang Juruselamat yang dijanjikan itu adalah Yesus yaitu Ia yang menyediakan kehidupan kekal, namun agaknya saat itu ahli-ahli agama Yahudi yang setiap hari membaca Kitab-kitab Suci itu masih menyelidiki tentang kapan Mesias akan datang, mereka tidak dapat menyadari dan melihatnya bahwa sebenarnya, Mesias yang selalu mereka selidiki kedatangan-Nya itu adalah Ia yang sedang berbicara depan mata kepala mereka sendiri. Sang pelayan Injil, rasul Paulus, juga dengan jelas mengingatkan bahwa Kitab Suci dapat memberi hikmat dan menuntun seseorang kepada keselamatan oleh iman kepada Yesus Kristus (2 Tim.3: 15). Jadi, Kitab Suci sesunggunghnya adalah penuntun kepada keselamatan dalam Yesus Kristus.  

Kesimpulannya adalah orang-orang yang mau datang dan menyembah Yesus Kristus lah yang memiliki kehidupan kekal bukannya orang-orang yang hanya menyelidiki dan memperdebatkan Kitab Suci tapi tidak mau datang kepada Yesus dan menyembah-Nya. Perjanjian Lama (Tanak) mengabarkan bahwa Yesus Kristus akan datang dan menebus dosa manusia, sedangkan Perjanjian Baru mengabarkan bahwa Yesus Kristus sudah datang dan sudah menebus dosa manusia dan Ia akan datang lagi untuk menghakimi dunia ini dan memerintah bersama-sama orang-orang yang percaya dan menuruti firman-Nya. Terjemahan Alkitab yang mencakup PL (39 kitab) dan PB (27 kitab) yang diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa-bahasa di dunia sesungguhnya mengungkapkan suatu kerinduan hati Allah untuk menyelamatkan orang-orang dari segala bangsa dan suku dan kaum dan bahasa untuk tinggal dalam kerajaan-Nya selama-lamanya (Wah.7: 9).

Sebab Engkau saja yang kudus; karena semua bangsa akan datang dan sujud menyembah Engkau
(Wahyu 15: 4b)

            Allah yang kita sembah bukanlah Allah yang memberikan kesulitan untuk memahami karya keselamatan yang telah dilakukan-Nya dalam Yesus Kristus. Dari tahun ke tahun, Alkitab terjemahan bahasa Indonesia juga banyak mengalami revisi, seperti halnya Alkitab terjemahan bahasa Inggris modern dan proses tersebut tidaklah lepas dari campur tangan Roh Kudus. Kalau seandainya Alkitab tidak terjemahan ke dalam bentuk bahasa-bahasa di dunia, tentunya setiap orang percaya dari berbagai bangsa pasti akan sangat kesulitan sekali untuk memahami firman Allah secara utuh. Bayangkanlah, Apabila para pendeta dan umat Kristen di seluruh dunia harus membaca, berkhotbah atau mengajar umat dengan menggunakan bahasa aslinya, yaitu Ibrani kuno, Aram dan Yunani kuno, pasti akan banyak waktu yang akan kita habiskan hanya untuk belajar dan memahami bahasa yang bukan merupakan bahasa Ibu kita. Lalu bagaimana kita dapat menjadi pelaku firman kalau kita tidak mengerti huruf-huruf yang kita baca dan ucapkan??? Bukankah Tuhan kita telah berkata bahwa orang yang mendapatkan kehidupan kekal adalah orang yang mau datang kepada Yesus Kristus dalam iman bukannya orang yang hanya sekedar menyelidiki dan membaca Kitab Suci (Alkitab) tanpa memahaminya. Sebagai orang Kristen, kita perlu mengucap syukur kepada Tuhan Yesus karena oleh karena kasih karunia-Nya bangsa-bangsa di dunia dapat mengerti dan memahami tentang karya keselamatan yang di anugerahkan Allah yang tercatat di Alkitab.

            Mengapa Alkitab dalam berbagai bahasa mengalami berbagai revisi? Ilmu bahasa (Linguistik) tidaklah seperti kajian ilmu pasti seperti Matematika atau Fisika. Ada beberapa aspek yang menjadi dasar dalam kajian bahasa, salah satunya adalah Productivity(Keproduktifan). Aspek ini menunjukan bahwa bahasa itu bersifat produktif. Keproduktifan dalam bahasa adalah kreatifitas untuk menggunakan sumber-sumber bahasa untuk membuat kalimat-kalimat dan ekpresi-ekspresi yang baru. Ini merupakan sebuah aspek bahasa yang dikaitkan dengan fakta bahwa jumlah ucapan-ucapan yang mungkin dalam setiap bahasa yang digunakan manusia adalah tidak terbatas. Dalam kurun waktu tertentu bahasa akan terus memproduksi kosa kata baru dan juga akan ada kosa kata yang sudah tidak layak digunakan lagi, sebagai contoh: Ejaan dan kosakata bahasa Indonesia yang kita gunakan pada masa ini sebagian besar tidaklah sama dengan ejaan dan kosakata yang digunakan 60 tahun lalu.

            Jadi, revisi-revisi Alkitab dalam karya terjemahan manapun adalah sangat dimungkinkan dilakukan mengingat dari sifat bahasa itu sendiri yang memiliki keproduktifan. Dalam menerjemahpun, terdapat aturan-aturan dasar yang harus diperhatikan. Dalam menerjemahkan, si penerjemah  tidak boleh keluar dari makna dasar bahasa aslinya (B1). Sekalipun Alkitab yang dibaca oleh semua orang Kristen di dunia adalah hasil dari terjemahan para ahli Linguistik dan Kitab-kitab Suci, namun makna dasarnya tidak keluar dari bahasa aslinya (B1) yaitu bahasa Ibrani kuno, Aram dan Yunani kuno. Variasi-variasi kosakata dalam setiap frasa dan kalimat yang terbentuk dalam setiap revisi terjemahan Alkitab sesungguhnya menunjukan betapa lebarnya dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya kasih Kristus yang dapat menjangkau semua bangsa, kaum dan bahasa untuk mengenal karya keselamatan. 


A. Terjemahan Alkitab ke dalam Bahasa Inggris modern.       

Authorized Version adalah Alkitab yang pertama-tama diterjemahkan ke dalam bahasa inggris yang diterbitkan pada tahun 1611, sehingga bahasanya masih bahasa inggris kuno. Keindahan bahasa ini membuat terjemahan itu elegan. Selain itu terjemahan ini dikenal akurat sesuai dengan kata-kata aslinya. Meskipun tidak secara formal 'authorized', secara umum terjemahan ini diterima untuk resmi dibaca dalam gereja. Karya ini dimulai pada Hampton Court Conference tahun 1604 atas prakarsa raja James I, karena itu Authorized Version juga dikenal sebagai King James Version (KJV). Terjemahan ini sebagian didasarkan pada terjemahan dari bahasa asli karya William Tyndale dan diselesaikan dalam lima tahun oleh enam komisi yang seluruhnya terdiri dari 54 sarjana, melalui sidang-sidang di Oxford, Cambridge dan YerusalemChamber of Westminster Abbey (Majelis Biara Westminster di Yerusalem). Namun pada abad ke-19, terjemahan ini dianggap tidak memuaskan lagi mengingat banyaknya pengetahuan baru mengenai manuskrip-manuskrip Yunani dan versi-versi kuno dalam bahasa-bahasa yang lain. Jadi proses revisi masih berada dalam gerak.

Revised Version (RV) adalah Alkitab terjemahan King James Version (KJV) yang telah direvisi. Pembuatan Alkitab ini dipelopori oleh gereja Inggris dan dikerjakan oleh suatu komisi para ahli dari berbagai gereja Protestan. PB diterbitkan tahun 1881 dan PL tahun 1885. Pernah dilakukan konsultasi dengan sarjana-sarjana Amerika, namun revisi bersama tersebut tidak diterbitkan. Pada tahun 1900-1901 komisi Amerika menerbitkan Standard Version (SV)dengan melampirkan variasi-variasi RV Inggris, sedangkan RV Inggris melampirkan variasi-variasi SV Amerika. Kedua Alkitab terjemahan ini merupakan naskah yang lazim bagi para mahasiswa, hingga Revised Standard Version (RSV) diterbitkan.

Revised Standard Version (RSV) adalah Alkitab terjemahan SV yang diterbitkan pada tahun 1946 (PB tahun 1946, PL tahun 1952). Sejumlah besar terjemahan baru bermunculan selama abad ke-20 di Inggris dan AS. RSV diteliti kembali dengan cermat dan suatu revisi besar diterbitkan tahun 1989, yang disebut New Revised Standard Version (NRSV), Katolik Roma juga berpartisipasi dalam persiapan NRSV ini. Alkitab terjemahan ini memakai apa yang disebut bahasa inklusif dan menghindari istilah-istilah yang mempunyai orientasi maskulin. Dengan demikian, NRSV ada pada garis rangkaian yang menjangkau melampaui AV. 

New English Bible (NEB) adalah suatu Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang baru sama sekali dan terjemahan ini tersedia di Inggris Raya pada tahun 1961 (PB tahun 1961, PL tahun 1970). Agar lebih cocok bagi pembaca umum (kaum awam) maka terjemahan ini direvisi menjadi Revised English Bible (REB) yang diterbitkan pada tahun 1989. REB lebih cocok untuk dipakai dalam kebaktian daripada NEB. Dalam persiapan NRSV dan REB ada partisipasi Katolik Roma, tetapi mereka juga mempunyai terjemahan mereka sendiri, khususnya terjemahan Ronald Knox pada 1945-1049, dan Jerusalem Bible (JB).

Jerusalem Bible (JB) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris tahun 1966 yang sangat dibantu dari terjemahan bahasa Perancis yang diterbitkan oleh Ordo Dominikan Yerusalem tahun 1956. Revisi JB menghasilkan New Jerusalem Bible (NJB). Salah satu kekhasan pada Alkitab terjemahan JB dan NJB adalah penggunaan kata Ibrani 'Yahweh' dalam PL untuk nama Allah, ketimbang TUHAN (LORD). Baik NRSV maupun REB, keduanya menggunakan bahasa inklusif dan digunakan oleh umat Kristen hampir seluruh denominasi, kecuali pada 1994, Vatikan melarang penggunaan terjemahan NRSV dalam ibadah umum Katolik karena gaya bahasanya yang inklusivistik. JB dan NJB langsung diterjemahkan dari Alkitab bahasa aslinya.

New American Bible (NAB) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris yang selesai diterjemahkan oleh penerjemah Roma Katolik pada tahun 1970. Alkitab terjemahan ini menggunakan naskah-naskah Ibrani dan Yunani terbaik yang ada. Revisi PB nya terbit tahun 1989. Juga telah terbit sejumlah terjemahan menurut warna Protestan Evangelikal, seperti:Living Bible tahun 1971 dan Good News Bible  (Today's English Version) tahun 1966-1979.    

New International Version (NIV) adalah Alkitab terjemahan bahasa Inggris tahun 1978 yang diterjemahkan oleh para penerjemah yang berpegang pada otoritas dan infalibilitas Alkitab sebagai Firman Allah dalam bentuk tertulis. Alkitab terjemahan ini diterbitkan untuk membantu pembaca modern lebih mengerti maksud dari ayat tersebut sesuai latar belakang penulisannya, sehingga kadang ada detail-detail minor yang tidak dimasukkan setelah melalui proses penyelidikan mendalam.

…Kristus telah mati karena dosa-dosa kita sesuai dengan Kitab Suci, bahwa Ia telah dikuburkan dan bahwa Ia telah dibangkitkan pada hari yang ketiga sesuai dengan Kitab Suci
(1 Korintus 15: 3-4)


            Pertama-tama kita harus sadari bahwa Alkitab yang bisa kita baca saat ini semuanya hanyalah terjemahan. Bahasa asli yang digunakan untuk Perjanjian Lama adalah Aramaic dan Ibrani kuno yang sekarang tidak lagi dipakai. Dalam kitab-kitab Perjanjian Baru para penulisnya menggunakan bahasa Yunani, karena pada abad pertama para penulis dan pembacanya akrab dengan bahasa tersebut. Bahasa Yunani Perjanjian Baru adalah bahasa Yunani kuno, bukan bahasa Yunani yang digunakan di Yunani sekarang.

Di Indonesia kita mengenal juga Alkitab terjemahan, yaitu Alkitab LAI Terjemahan Baru (TB) yang diterbitkan tahun 1974 dan Alkitab BIMK tahun 1985. Sebenarnya, Alkitab Bahasa Indonesia Masa Kini (BIMK) pada awalnya bernama Bahasa Indonesia Sehari-hari (BIS), namun sebutan"sehari-hari" diganti karena kata itu berkonotasi bahasa pasaran atau bahasa gaul, padahal BIMK tidaklah begitu. BIMK memakai bahasa yang lebih luas di pakai dan dimengerti dalam kebersamaan. Lalu apa gunanya Alkitab BIMK ini? Isi Alkitab kadang sulit dimengerti (karena gaya bahasa yang digunakan), sehingga kita sering salah mengerti oleh sebab itu kita butuh terjemahan lain sebagai perbandingan.

Dalam persiapan khotbah, seorang pendeta atau pengajar firman biasanya membutuhkan beberapa terjemahan untuk dibandingkan. Minimal Alkitab bahasa Indonesia, bahasa aslinya (Ibrani/Yunani) dan bahasa Inggris Revised Standard Version (RSV), sebab diantara belasan macam terjemahan Alkitab Inggris, baik dari abad 19 maupun abad 21 yang paling dekat bahasa aslinya RSV tahun 1946-1952. Namun berapa pun terjemahan yang kita pakai belum menjamin bahwa ayat itu menjadi betul-betul jelas, soalnya, kadang-kadang terjemahan manapun kurang memuaskan, karena struktur kalimat bahasa aslinya (Ibrani,Aram,Yunani) memang tidak lengkap, sehingga sulit diterjemahkan. Salah satu contohnya dalam Lukas 1: 14, LAI TB menulis, Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepada-Nya. BIMK menulis, Terpujilah Allah di langit yang tertinggi! Dan di atas bumi, sejahteralah manusia yang menyenangkan hati Tuhan!. Teks aslinya (Yunani) berbunyi, Doxa en uphistois theo kai epi ges eirenei en anthropois eudokias, yang arti harafiahnya: "Kemuliaan di tertinggi untk Allah dan di bumi damai di antara manusia perkenanan". Dalam ayat ini tampak bahwa penerjemah LAI TB dan BIMK bergumul habis-habisan untuk menghasilkan terjemahan yang optimal, sehingga terpaksa memasukan kata-kata yang dalam teks aslinya sama sekali tidak ada tanpa mengurangi makna dasar teks aslinya.

Jemaat yang sudah terbiasa menghafal dan menggunakan Alkitab terjemahan LAI TB akan sangat kesulitan untuk menghafal dan menggunakan Alkitab terjemahan BIMK, demikian juga sebaliknya, jadi tidak ada keharusan kepada jemaat denominasi manapun untuk menghafal dan menggunakan kedua versi Alkitab terjemahan itu. Soalnya, jika benak kita sudah terbiasa dengan versi tertentu maka ada kecenderungan untuk menolak versi yang lain. Perbedaan varisi kosakata dalam kedua Alkitab terjemahan ini berfungsi hanya sebatas pembanding dalam menjelaskan firman Tuhan yang akan kita ajarkan atau khotbahkan secara gamlang. Jemaat yang sudah terbiasa menggunakan Alkitab versi LAI TB dapat menggunakan versi BIMK ataupun Alkitab terjemahan bahasa Inggris sebagai pembanding untuk memperkaya referensi kosakata-kosakata baru sebagai pendukung firman yang akan disampaikan, sedangkan jemaat yang sudah terbiasa menggunakan Alkitab versi BIMK dapat menggunakan versi LAI TB ataupun Alkitab terjemahan bahasa Inggris. Demikian juga halnya dengan jemaat yang sudah dari awal menggunakan dan menghafal Alkitab versi King James Version (KJV) merasa terjemahan ini paling cocok untuk dirinya sehingga mereka akan sangat kesulitan untuk menggunakan dan menghafal Alkitab versi RSV, NIV atau yang lainnya.. Hal yang sama juga menimpa orang yang menggunakan terjemahan lain. Jemaat yang sudah biasa menggunakan dan menghafal NIV, tentu pun tidak biasa dengan terjemahan lain. Jadi, perbedaan variasi kosakata yang terdapat dalam berbagai terjemahan Alkitab hanya berfungsi sebatas sarana pembanding yang bertujuan untuk menjelaskan firman Tuhan secara gamlang.       

Apapun terjemahannya, bahkan bila kita mendengar orang membaca dalam versi yang tidak akrab sekalipun, Firman TUHAN tetap adalah Firman. Roh Kuduslah yang memberi pengertian. Kita tidak bisa mengerti apapun tentang dosa dan keselamatan dalam Yesus Kristus, tanpa Roh Kudus yang terlebih dahulu mengubah hati kita. Sesudah pertobatan, Roh Kudus senantiasa bekerja dalam hati kita sementara mempelajari Alkitab, untuk makin menyucikan kita dalam perbuatan dan percakapan sehari-hari.

Jadi pengertian kita tentang doktrin-doktrin (pengajaran) Alkitab bukanlah karena kepintaran otak sendiri, tetapi karena pengertian yang diberikan oleh Roh Kudus. Roh Kudus adalah pribadi ketiga dalam Allah TriTunggal. Setiap orang yang bertobat dan percaya pada Kristus sudah dimeteraikan dengan Roh Kudus saat itu juga, bahkan sebelum ia dibaptis. Sebab tidak seorangpun bisa menyebut Yesus itu Tuhan tanpa dimampukan oleh Roh Kudus di dalam dirinya (Roma 10:9; 1 Korintus 12:3).

            Alkitab adalah dokumen paling bisa dipercaya yang telah bertahan sejak awal. Ada puluhan ribu dokumen kitab-kitab dalam Alkitab sejak abad pertama yang bisa kita bandingkan akurasinya dengan edisi Yunani yang ada saat ini. Berbagai penemuan arkeologis mengkonfirm hal ini. Penemuan the Dead Sea Scrolls pertengahan abad lalu juga mendukung akurasi Alkitab kita.
          
             Alkitab terdiri dari 66 kitab yang ditulis dalam jenjang waktu kira-kira 1500 BC (sebelum Masehi) hingga 100 AD (Masehi) oleh lebih dari 40 orang dengan berbagai latar belakang. Namun sepanjang waktu itu, di mana berbagai superpower dunia sudah berganti-ganti (Mesir, Babel, Asyur, Media/Persia, Yunani dan akhirnya Romawi) dan isi Alkitab tidak saling bertentangan satu sama lain namun saling melengkapi dan mendukung. Alkitab adalah satu-satunya buku di mana Tuhan sendiri menyatakan Diri-Nya kepada manusia. Setiap kata di dalam Alkitab (bahasa aslinya) diinspirasikan oleh Tuhan sendiri (2 Timotius 3:16-17).

Alkitab adalah inerrant = free from error. Alkitab bisa kita percaya secara total sebab Alkitab adalah Firman Allah yang tidak memiliki error/kesalahan sama sekali. Hal ini bukan percaya buta, silahkan membuktikannya sendiri seperti yang telah dilakukan oleh banyak scholars, arkeologis dan profesor berbagai bidang yang tadinya apatis terhadap kebenaran Alkitab, kemudian justru menemukan kebenarannya yang mengagumkan. Hanya TUHAN Allah yang mampu menjaga akurasi FirmanNya. Hanya Firman Allah Yang Hidup yang sanggup mengubah hidup orang sedemikian rupa. Yesus disebut oleh Alkitab sebagai Firman itu sendiri. Tuhan Yesus Kristus adalah Sang Pencipta yang melalui-Nya Allah menciptakan alam semesta ini.

Sebab tidak pernah nubuat dihasilkan oleh kehendak manusia, tetapi oleh dorongan Roh Kudus orang-orang berbicara atas nama Allah.
(2 Petrus 1: 21)


 
III. KEEMPAT KITAB INJIL

            Kata Injil berarti "kabar tentang peristiwa-peristiwa yang menggembirakan" atau "kabar baik" (euanggelion), kata Injil digunakan oleh Yesus ketika Ia memproklamasikan kedatangan Kerajaan Allah (Mrk 1:15) dan oleh rasul Paulus untuk karya Allah yang telah dikerjakan melalui Yesus Kristus (Rom 1:1-2) serta dinyatakan pula bahwa Injil merupakan kekuatan Allah (Rom 1:16-17).

 Kitab Injil-injil Kanonik dalam Perjanjian Baru (Matius, Markus, Lukas dan Yohanes) disusun pada paro kedua abad pertama Masehi, semua Injil ditulis untuk memenuhi kebutuhan yang dirasakan dalam jemaat yang sedang bertumbuh. Pada mulanya yang ada hanyalah tradisi lisan, Yesus sendiri tidak menulis perkataan-Nya namun perumpamaan-perumpamaan yang dikatakan-Nya diingat (mula-mula oleh keduabelas rasul & pengikut-pengikut Yesus yang setia semasa pelayanan-Nya di bumi). Injil Matius, Markus dan Lukas dikenal sebagai Injil-injil Sinoptik, yaitu Injil-injil yang dapat dilihat bersama dengan serempak, hal ini dikarenakan ketiga Injil itu memiliki banyak bahan bersama seperti terlihat jika ketiganya dibandingkan dari kata ke kata, paragraf ke paragraf dalam tiga lajur yang sejajar. Injil Yohanes yang ada dalam kategori yang lain ditulis dengan gaya, isi dan tekanan teologis yang berbeda yang sebagian besar menjabarkan apa yang terdapat dalam Injil-injil Sinoptik pada fragmen-fragmen atau kiasan yang terselubung. Injil ini hampir dapat dipastikan waktu penulisannya setelah Injil-injil Sinoptik. Dalam keempat Injil, Pribadi Yesus secara umum digambarkan sebagai Allah Yang Maha Kuasa yang telah datang ke dalam dunia menjadi sama dengan manusia, disalibkan, mati dan dibangkitkan pada hari ketiga, namun secara khusus, Pribadi Yesus dalam Kitab Injil Matius lebih ditonjolkan sebagai Mesias yang dijanjikan Allah, dalam Kitab Injil Markus, Ia lebih ditonjolkan sebagai Hamba Tuhan, dalam Kitab Injil Lukas, Ia lebih ditonjolkan sebagai Anak Manusia dan dalam Kitab Injil Yohanes, Ia lebih ditonjolkan sebagai Anak Allah.

Injil itu telah dijanjikan-Nya sebelumnya dengan perantaraan nabi-nabi-Nya dalam kitab-kitab suci, tentang Anak-Nya, yang menurut daging diperanakan dari keturunan Daud, dan menurut Roh kekudusan dinyatakan oleh kebangkitan-Nya dari antara orang mati, bahwa Ia adalah Anak Allah yang berkuasa, Yesus Kristus Tuhan kita.
(Roma 1: 2 – 4)



A. INJIL MATIUS ( Sekitar tahun 85 - 90 M )

            Injil Matius merupakan "Injil pertama" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Penulisan Injil Matius bersumber dari Injil Markus dan hanya ada 51 ayat dari Injil Markus yang tidak diulangi dalam Injil Matius namun Matius mempersingkat banyak cerita yang dikutipnya. Pada umumnya perubahan-perubahan yang diadakannya ialah untuk membuat cerita-cerita itu menjadi lebih lancar, gaya dan kata-katanya (Yunani) lebih licin dan rapi supaya tidak ada salah pengertian terhadap beberapa ungkapan Markus yang blak-blakan, dengan kata lain proses bahasa Yunani dari Injil Markus yang kurang mulus dikeluarkan oleh Matius dan ia menambahkan dua pasal mengenai cerita masa kanak-kanak Yesus.

Salah satu murid rasul Yohanes yang bernama Papias dari Hierapolis mengatakan bahwa Injil Matius ditulis oleh Matius sendiri. Injil Matius mengikuti urutan Injil Markus namun banyak bahan tambahan yang disunting oleh penulis Injil ini dalam lima wacana besar pengajaran Yesus yang digabungkan kedalamnya. Dalam penulisannya Matius juga memasukan secara sangat teratur bahan pengajaran Yesus yang tidak dicatat oleh Markus dan karena dalam bahan yang ditambahkan oleh Matius ini ada kesamaan harafiah dengan bahan pengajaran Yesus yang ditambahkan Lukas dan hal ini umumnya diterima (walaupun tidak sepenuhnya) bahwa kedua penginjil ini menggunakan suatu sumber yang sama, yang disebut Q.
(catatan : Q merupakan simbol untuk sumber bahan Injil yang sama pada Matius dan Lukas yang mencakup sekitar 230 ayat, terutama ucapan Yesus yang tidak terdapat dalam Injil Markus).
           
            Kejatuhan Yerusalem pada 70 M disinggung sebagai suatu peristiwa yang telah lampau beberapa waktu (Mat 22: 7) oleh karena itu diperkirakan waktu penyusunan Injil Matius sekitar 85-90 M. Keadaan masyarakat yang tercermin dalam Injil Matius mendukung pendapat bahwa Injil ini dituliskan di Antiokhia. Antiokhia adalah kota dagang yang makmur di atas sungai Orentes, bagian utara Siria, provinsi Romawi dengan penduduk Yahudi yang cukup besar dan toleran. Injil ini menggambarkan penghargaannya terhadap akar-akar keyahudian jemaat, yang banyak berisi perintah etis khas Yahudi namun juga komitmen yang kuat terhadap misi bagi orang-orang bukan Yahudi. Penulis Injil Matius agaknya terdidik dalam lingkungan ahli Taurat Yahudi, kemungkinan besar rasul Matius yang menulis Injil Matius, hal ini dikuatkan oleh pernyataan salah satu murid rasul Yohanes yang bernama Papias yang mengatakan bahwa Matiuslah yang menulis Injil ini, akan tetapi ada kemungkinan lain bahwa Injil Matius ditulis seorang Yahudi yang telah menjadi Kristen untuk orang Kristen Yahudi yang hidup bersama-sama dengan orang Yahudi yang belum percaya Kristus.

 Injil ini dimaksudkan untuk mengajar mereka dengan teliti dan cermat bagaimana Yesus telah menggenapi nubuatan Perjanjian Lama dan telah meletakan dasar-dasar bagi gereja Kristen. Gereja itu adalah penerusan umat Allah dari perjanjian yang lama tapi telah dibaharui sehingga bukan lagi berdasarkan keturunan (bangsa Yahudi) melainkan berdasarkan kerohanian yang terdiri dari orang-orang dari segala bangsa. Dengan pengajaran ini para pembaca (khususnya Kristen berkebangsaan Yahudi) akan sanggup menangkis serangan-serangan orang Yahudi yang bukan Kristen, serta mengajak orang-orang itu untuk menerima Yesus sebagai Mesias, Raja mereka yang sebenarnya


B. INJIL MARKUS ( Sekitar tahun 65 - 67 M )

            Injil Markus merupakan "Injil ke-dua" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Injil Markus merupakan kitab Injil tersingkat yang juga merupakan kitab Injil yang pertama kali ditulis dan kemudian digunakan sebagai sumber utama oleh Matius dan Lukas. Secara tradisi Kitab ini ditulis oleh Yohanes Markus, rekan Petrus (1 Petrus 5:13 ) di Roma, Markus menuliskan secara teliti tetapi tidak secara berurutan apa yang diingat Petrus mengenai perkataan-perkataan dan perbuatan Yesus, hal ini diungkapkan oleh seorang uskup mula-mula yang bernama Papias dari Hierapolis pada 130 M. Papias adalah salah satu murid rasul Yohanes dan di dalam karyanya terdapat perkataan Yohanes yang ditujukan kepadanya.Yohanes berkata kepada Papias bahwa "Markus sebagai penerjemah Petrus, menuliskan secara tepat semua yang disebutkannya (Petrus), baik tentang kata-kata Kristus maupun perbuatan-Nya, namun tidak secara teratur karena ia bukan pendengar maupun seorang yang mengikuti Tuhan. Namun sesudah itu, sebagaimana yang telah saya katakan, ia menemani Petrus dan menyesuaikan-ajaran-ajarannya. Dengan demikian Markus tidak membuat kesalahan. Markus menuliskan apa yang diucapkan Petrus ke dalam catatannya dengan tidak membuang apa yang didengarnya dan tidak memasukkan pernyataan-pernyataan yang salah diantara apa yang didengarnya itu." 

Selain keterangan-ketarangan yang diutarakan oleh Papias tersebut, kemungkinan lainnya adalah Markus menuliskan apa yang telah didapat dan didengarnya dari cerita-cerita tentang Yesus dan perkataan-Nya yang sudah banyak beredar di lingkungan gereja mula-mula dengan cara memilih, mengatur, menyesuaikan dan mengartikannya. Bahasa Yunaninya hampir tidak fasih, tetapi karya rintisannya ini memperlihatkan bahwa ia seorang yang pintar dan cerdas, berkebulatan hati untuk menjawab beberapa masalah yang dihadapi orang-orang Kristen di Roma, Injil ini agaknya ditulis untuk pembaca bukan Yahudi pada umumya dan orang Roma pada khususnya. Kutipan dan kiasan dari Perjanjian Lama dapat dikatakan sedikit; ungkapan-ungkapan dalam bahasa Aram diberi penjelasan (Mrk. 5: 41), adat istiadat Yahudi di terangkan (Mrk. 7: 3, 11); ada beberapa kata Latin. Nada umum yang melukiskan kegiatan Tuhan Yesus yang tiada hentinya, dan kuasa-Nya atas roh jahat, penyakit dan maut adalah nada yang dapat disukai oleh pembaca Romawi, yang lebih memperhatikan perbuatan daripada kata-kata. Tidak dapat diragukan bahwa tujuan penulis Injil ini ialah untuk mencukupi kebutuhan jemaat Tuhan di Roma dan penulis ingin menguatkan iman mereka dengan mengingat penganiayaan yang akan datang. 
           
Yesus adalah Anak Allah yang akhirnya berjaya oleh karena Ia bertekun sampai ke puncak yang tragis di Yerusalem, Markus menjelaskan pertentangan antara Yesus dengan penentang-penentang-Nya dengan hanya merangkaikan kejadian-kejadian yang penting dan tidak ada cerita masa kanak-kanak Yesus seperti dalam Injil Matius dan Lukas tetapi hari-hari akhir Yesus dikemukakan dalam pemberitahuan tentang penderitaan-Nya (Mrk 8: 31) yang diikuti dengan pemuliaan-Nya enam hari kemudian (Mrk 9:2). Perhatian pastoral dari penginjil Markus dinyatakan dalam cerita-cerita penyembuhan Yesus : Dia adalah Tuhan yang penuh perhatian. Jadi pada intinya, isi Injil Markus merupakan cerita rinci mengenai pengadilan dan pelaksanaan hukuman atas Yesus dengan pengantar yang berisi petikan-petikan pengajaran dan contoh-contoh dari sekian banyak mujizat yang dilakukan-Nya.


C. INJIL LUKAS ( Sekitar tahun 85 M )

            Injil Lukas merupakan "Injil ke-tiga" menurut urutan penyusunannya dalam Perjanjian Baru. Injil ini disebut "Penulis Injil ini adalah Lukas, ia adalah seorang tabib (dokter) dan teman sekerja rasul Paulus (Kol. 4: 14; Flm.1: 24;  2 Tim.4: 11). Lukas adalah seorang bukan Yahudi, mungkin seorang penduduk Antiokhia dan ia adalah orang yang menulis kitab Injil Lukas dan kitab Kisah Para Rasul (dua jilid dari satu karya tulis), anggapan ini ditunjang oleh penelitian tulisan dari kedua buku tersebut (perbendaharaan kata dan gaya bahasanya sama dan keduanya dipersembahkan kepada satu orang: Teofilus ) jadi dapat dipastikan bahwa penulis ini adalah seorang terpelajar.

            Pada kata pendahuluan Injil ini (Luk 1: 1-4), Lukas mengingatkan bahwa ia bukanlah seorang saksi mata dan bahwa ia bergantung pada berbagai sumber tulisan yang sudah ada, salah satu sumber tulisan itu pasti adalah Injil Markus, yang diambil alih secara bebas oleh Lukas. Sebuah teori menyatakan bahwa Lukas menyusun penulisan Injil ini dalam dua tahap :Pertama, ia menggabungkan bahan dari sumber Q dengan bahan yang ia dapat sendiri L (catatan : L merupakan symbol yang sering digunakan untuk bahan tulisan yang hanya ada dalam Injil Lukas, seperti dalam Luk 10:29-37 ; Luk 24 : Luk 1 dan 2 )  yang pada akhirnya menghasilkan apa yang disebut 'proto-Lukas'. Kemudian Lukas mendapatkan Injil Markus dan menggabungkannya dengan  'proto-Lukas' menjadi Injil Lukas dengan menambahkan cerita-cerita kelahiran  dan masa remaja Yesus (Luk 1 dan 2). Teori – teori lain memperkirakan bahwa Lukas menggabungkan Injil Markus dengan Q atau Lukas kemungkinan menggunakan Injil Matius untuk melengkapi bahan Injil Markus. Menurut saya secara pribadi, teori-teori apapun yang digunakan untuk menggambarkan proses penulisan Injil Lukas kita tidak bisa mengabaikan keterangan proses penulisan yang ditulis oleh Lukas sendiri bahwa sebelum ia mengambil keputusan untuk membukukan dengan teratur kisah pelayanan Yesus di bumi, ia terlebih dahulu melakukan penyelidikan dengan seksama mengenai kisah pelayanan Yesus dari mulanya. Lukas berkata " Karena itu, setelah aku menyelidiki segala peristiwa itu dengan seksama (having had perfect understanding) dari asal mulanya, aku mengambil keputusan untuk membukukannya."

Dalam Alkitab terjemahan KJV, kalimat "having had perfect understanding" dapat diartikan: setelah memiliki pengertian / pemahaman yang sempurna. Jadi kesimpulannya adalah Lukas telah melakukan penyelidikan dengan seksama kemudian ia memiliki pengertian / pemahaman yang sempurna mengenai kisah pelayananYesus akhirnya ia menulis Kitab Injil Lukas (buku pertama) dan diikuti oleh Kitab Kisah Para Rasul (buku kedua). Lalu yang menjadi pertanyaan adalah dari manakah sumber-sumber penulisan Injil Lukas ? Lukas sendiri secara tidak langsung telah menyebutkannya, kemungkinan besar salah sumbernya yaitu para saksi mata mula-mula (Kis 1 : 2), jadi menurut saya Lukas mengumpulkan sumber-sumber informasinya langsung dari mereka yang disebut keduabelas rasul Yesus Kristus dan dari orang-orang yang juga berkumpul pada hari Pentakosta bersama keduabelas rasul itu (termasuk Maria, ibu Yesus). Kita semua mengetahui bahwa keakuratan dan keabsahan suatu peristiwa / berita akan diakui secara mutlak apabila langsung bersumber dari para saksi mata.

            Jilid ke dua (Kitab Kisah Para Rasul) dari tulisan Lukas merupakan cerita perkembangan berita Kristen dari Yerusalem ke pusat dunia bukan Yahudi (Roma). Dalam jilid pertamanya (Injil Lukas) Lukas hanya dapat memberi beberapa petunjuk arah saja dalam cerita-cerita mengenai Yesus yang mematahkah kebencian Yahudi terhadap orang-orang Samaria dan bahwa Yesus mempunyai banyak hubungan dengan orang-orang bukan Yahudi; semua orang harus mendapat bagian dalam keselamatan dan bukan hanya keturunan Abraham saja (Luk 4: 25-27). Dibandingkan dengan Injil Matius dan Injil Markus, nyata sekali ada kecenderungan pada Injil Lukas untuk membedakan kekeristenan dari kesan orang seolah-olah kekeristenan ini hanya bagi orang Yahudi. Injil Lukas memberikan pengertian kepada pembacanya bahwa semua kejadian yang dicatat dalam Injil ini telah terjadi sesuai dengan rencana Allah untuk menggenapi sejarah keselamatan dari Perjanjian Lama. Banyak gelar Mesias secara tradisional dikenakan kepada Yesus dan Ia disebut "Juruselamat" (Luk 2 : 11) dan Mesias yang menderita (Luk 24:26). Lukas menggambarkan gereja sebagai Israel baru maka ia pun menegaskan adanya keduabelas rasul sebagai penerus dari keduabelas bapa leluhur dalam Perjanjian Lama yang menurunkan nama mereka kepada keduabelas suku Israel (Luk 22:30). Yesus digambarkan sebagai setia pada aturan adat Yahudi dan tidak sebagai pembaru yang dapat memperkuat kecurigaan Roma terhadap kekeristenan. Yesus dinyatakan tidak bersalah oleh Pilatus (Luk 23: 4, 13, 22) demikian juga Paulus oleh Festus (Kis 25:25). Lebih dari Injil lain, Lukas menekankan kepedulian Yesus kepada orang Samaria yang dirugikan dan direndahkan. Ada perhatian simpatik bagi kaum perempuan dalam Injil Lukas, sekalipun Lukas menggambarkan perempuan dalam peranan tradisional dalam hal doa, bersedekah dan dukungan bagi pemberitaan Injil (Luk 8:3) tetapi berita harapan bagi yang tertindas, pasti dapat dikenakan kepada kaum perempuam, yang selalu menjadi kaum terabaikan hak-haknya dalam masyarakat.


D. INJIL YOHANES ( Sekitar tahun 90 – 100 M )

          Injil ini disebut 'Injil ke-empat' untuk menandakan keberbedaannya dengan ketiga Injil-injil Sinoptik, tentu saja Injil ini merupakan cerita tentang Yesus Kristus. Pasal pertama Injil Yohanes menceritakan pertemuan Yesus dengan Yohanes Pembaptis; kemudian disusul dengan pemanggilan para murid, pengajaran di depan umum, pelayanan Yesus dan perlawanan terhadap-Nya. Setelah memasuki Yerusalem dengan kemenangan (Yoh 12:12-19), Yesus dan keduabelas murid berkumpul bersama di ruang atas, kemudian diikuti dengan penangkapan, pengadilan, penyaliban, kebangkitan serta penampakan-Nya, sama seperti pada Injil-injil Sinoptik namun perbedaan-perbedaan antara Injil Yohanes dengan Injil-Injil Sinoptik cukup substansial.

Injil Matius dan Lukas memiliki cerita mengenai masa bayi Yesus dalam mencatat kelahiran-Nya, sedangkan Injil Yohanes pada bagian permulaan justru membuat penegasan Kristologis (doktrin tentang Pribadi Yesus) bahwa Firman itu telah menjadi daging (Yoh 1:14), selanjutnya mujizat-mijizat yang dicatat dalam Injil Yohanes tidak pernah mengenai pengusiran setan, atau penyembuhan orang yang sakit kusta, seperti dalam Injil Markus (Mrk 1:21-28, 40-44), Yohanes menyebut mujizat-mujizat yang dicatat sebagai tanda-tanda, antara lain peristiwa air menjadi anggur di Kana, sedangkan dalam Injil-injil Sinoptik mujizat-mujizat itu merupakan petunjuk kedatangan Kerajaan Allah (Luk 11:20). Dalam Injil Yohanes, Kerajaan Allah itu sama sekali bukan merupakan pusat dari ajaran Yesus, dan tanda-tanda tersebut lebih merupakan pengesahan dari pengakuan Yesus sebagai Anak Allah. Dalam Injil-injil Sinoptik lokasi pengajaran Yesus senantiasa di Galilea, sedangkan dalam Injil Yohanes hal itu terjadi di ibu kota dan berkisar di sekitar perayaan hari-hari raya Yahudi, dengan tema "terang", "kehidupan dan "kemuliaan".

            Baik Injil-injil Sinoptik maupun Injil Yohanes, keduanya mencatat kunjungan Yesus ke Yerusalem pada hari raya Paskah di akhir hidup-Nya, namun mereka tidak sepakat mengenai penanggalan yang tepat (mengenai perbedaan penanggalan hal ini kita akan membahasnya nanti). Usaha membandingkan Injil Yohanes dengan Injil-injil Sinoptik menunjukan perbedaan yang jelas dalam Injil Yohanes tentang isi dan cara penyajiannya. Sejumlah besar dari bahan yang dihimpun dalam Injil-injil Sinoptik tidak terdapat dalam Injil Yohanes, sementara itu sejumlah besar dari bahan-bahan Yohanes tidak terdapat dalam Injil Sinoptik. Gaya bahasa ajaran Yesus yang mengandung banyak perumpamaan dalam Injil Sinoptik diganti dengan gaya bahasa yang memakai dialog dan pembicaraan dalam Yohanes. Salah satu unsur lain dalam teologis Injil Yohanes adalah ialah ucapannya yang sering tentang Roh Kudus. Pekerjaan-Nya untuk menghidupkan kembali (Yoh 3:5), janji bahwa Roh Kudus akan tercurah setelah Yesus dimuliakan (Yoh 7:3), dan lima ucapan tentang Dia di kamar atas, semuanya hanya terdapat pada Injil Yohanes.

 Dalam ucapan-ucapan terakhir, Roh Kudus digambarkan sebagai Penghibur yang berdiam dalam orang percaya, selaku Guru, sebagai saksi terhadap Kristus, selaku yang menginsyafkan dunia dan selaku penuntun umat Kristen kepada seluruh kebenaran. Dari keempat Injil, Yohaneslah yang menunjukan paling jelas bahwa lanjutan pelayanan Yesus akan melalui penyertaan Roh Kudus, jadi adalah lebih baik memandang Injil Yohanes sebagai pelengkap bagi Injil-Injil Sinoptik. Tujuan Injil Yohanes adalah agar para pembacanya dikuatkan dalam imannya bahwa Yesus adalah perwujudan Firman Allah, penulis tidak sekedar menghubung-hubungkan fakta yang sangat jelas sekali tetapi menyajikan suatu interpretasi (pemahaman ke dalam yang lebih jelas).    

Seseorang yang dijuluki "murid yang dikasihi Yesus" rupanya mengaku sebagai penulisnya (Yoh 21 : 20 dan 24), lalu siapakah orang ini yang juga hadir dalam Perjamuan Tuhan (Yoh 13 : 23), yang hadir di kaki salib ketika Yesus disalib (Yoh 19 : 26). Penulis Injil ini, yang juga dijuluki "murid yang dikasihi Yesus", kemungkinan besar adalah rasul Yohanes sendiri yang merupakan salah satu dari keduabelas murid Yesus, hal ini sangat jelas tercermin dalam kedekatan emosional Yohanes sebagai penulis dengan Petrus.
Sebagai contoh :

(1)        Dalam Perjamuan Tuhan, Petrus memberi isyarat dan berkata kepada "murid yang dikasihi Yesus" itu untuk menanyakan kepada Yesus tentang siapa yang akan mengkhianati-Nya (Yoh 12 : 21 – 30).

(2)               Ketika Yesus menampakan diri kepada murid-murid-Nya di pantai danau Tiberias, "murid yang dikasihi Yesus" itu berkata kepada Petrus bahwa yang berkata di tepi danau adalah Yesus. Dalam peristiwa itu kita tahu sebelumnya bahwa yang pergi menangkap ikan saat itu berjumlah tujuh orang, mereka adalah Simon Petrus, Tomas, Natanael, anak-anak Zebedeus ( Yohanes dan Yakobus ) dan dua orang murid lainnya (Yoh 21:1-7).

(3)               Petrus menanyakan kepada Yesus tentang apakah yang akan terjadi dengan "murid yang dikasihi Yesus" ini (Yoh 21 : 20 – 23).

Zebedeus adalah ayah dari Yohanes dan Yakobus, mereka adalah bersaudara (Mat 4:21 ; Mrk 1:19 dan Luk 5:10) sedangkan Petrus memiliki saudara yang bernama Andreas (Luk 6:14 ; Mrk 1:16 ; Mat 4:18), mereka berempat adalah penduduk Galilea yang pekerjaannya sebagai nelayan di danau Galilea (Genesaret).

Kedekatan yang bersifat emosional Yohanes dengan Petrus yang nyata dalam Injil Yohanes tidaklah mengherankan sebab Petrus adalah teman se-kampung dan se-pekerjaan sebagai nelayan. Lebih jauh lagi kita mengetahui bahwa Petrus, Yohanes dan Yakobus menjadi murid-murid yang kelihatan lebih menonjol kedekatannya dengan Yesus, hal ini sangat tercermin ketika Yesus hanya membawa ketiga murid itu ke sebuah gunung yaitu tempat dimana Ia dimuliakan setelah berbicara dengan nabi Perjanjian Lama yaitu Musa dan Elia (Mat 17:1-13 ; Mrk 9:2-13 ; Luk 9:28-36) dan juga ketika Ia berada dalam taman Getsemani sebelum Ia menanggung penderitaan-Nya, Ia hanya membawa ketiganya untuk berdoa (Mat 26:36-37 ; Mrk 14:33). Hal-hal tersebut menunjukan bahwa adanya hubungan persaudaraan yang kuat diantara Petrus, Yohanes dan Yakobus atau pertimbangan-pertimbangan lainnya sehingga Yesus lebih memilih mereka untuk suatu penyataan-penyataan khusus yang pada akhirnya nanti untuk di ceritakan kepada murid-murid-Nya yang lain (Mat 17:9 ; Mrk 9:9 ; Luk 9:36), Jadi dalam hal ini Yesus tidak pilih kasih kepada murid-murid-Nya tetapi Yesus tampaknya ingin hanya menjadikan Petrus, Yohanes dan Yakobus sebagai saksi diantara para murid-Nya atas penyataan-penyataan khusus yang dialami Yesus, dengan kata lain Yesus menyiapkan mereka untuk tugas yang bersifat ke dalam dan ke luar.

Dalam Perjanjian Lama keterangan saksi-saksi adalah sangat menentukan putusan perkara peradilan dalam hal hukuman mati, satu orang saksi tidaklah cukup untuk mengesahkan suatu perkara tetapi apabila ada keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara dapat diakui secara mutlak kebenarannya. Bahkan Yesus sendiri mengatakan bahwa atas keterangan dua atau tiga orang saksi suatu perkara tidak akan disangsikan (Mat 18:16).

… tetapi kalau hanya satu orang saksi saja tidak cukup untuk memberi keterangan terhadap seseorang dalam perkara hukuman mati. Atas keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yangdihukum mati; atas keterangan satu saksi saja
janganlah ia dihukum mati.
(Bil 35: 30b; Ul 17:6)



IV. JENIS-JENIS SISTEM PENANGGALAN.

Kurang lebih ada sekitar lima jenis kalender yang berlaku di dalam sejarah peradaban manusia. Kalender yang digunakan secara umum ialah kalender solar,  kalender lunar, kalender lunisolar, kalender persetujuan.
1.         Kalender Lunar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan (fase bulan). Contohnya ialah Hijriah.
2.         Kalender Solar adalah kalender yang di dasarkan dari musim dan pergerakan matahari. Contohnya ialah Kalender Persia, dan Kalender Romawi.
3.         Kalender Lunisolar adalah kalender yang disesuaikan dengan pergerakan bulan dan matahari. Contohnya ialah Kalender Bali dan Kalender Yahudi.
4.         Kalender Persetujuan adalah Kalender yang tidak disesuaikan dengan bulan dan matahari. Contohnya ialah hari dan minggu Julian yang digunakan oleh pakar bintang.
Ada juga kalender yang nampaknya disesuaikan dengan pergerakan Venus, seperti beberapa Kalender mesir kuno. Kalender ini juga nampaknya sering di pakai di peradaban dekat khatulistiwa.

A. Kalender Yahudi

Kalender Ibrani (bahasa Ibraniהלוח העברי ha'luach ha'ivri) atau Kalender Yahudi adalah kalender lunisolar yang digunakan oleh orang Yahudi dan penganut agama Yahudi. Saat ini kalender ini hanya digunakan untuk acara-acara keagamaan, antara lain untuk menghitung tahun baru Yahudi dan hari raya Yahudi.

Kalender Yahudi memiliki 12 nama bulan yang dibedakan menjadi 2 sistem kalender: Kalender keagamaan dan kalender sipil. Urutannya kedua belas nama bulan dalam kedua jenis kalender tersebut sangatlah berbeda.

Urutan bulan
Kalender keagamaan
Kalender sipil
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Nisan
Iyar
Siwan
Tamus
Ab
Elul
Tisyri
Markhesywan
Kislew
Tebet
Syebat
Adar
Tisyri
Markhesywan
Kislew
Tebet
Syebat
Adar
Nisan
Iyar
Siwan
Tamus
Ab
Elul



B. KALENDER JULIAN

            Pada mulanya bangsa Romawi kuno menggunakan kalender yang bukan berdasarkan pada siklus Matahari (kalender solar) seperti sekarang ini. Kalender aslinya dulu tidak terdiri dari duabelas bulan seperti sekarang, tetapi terdiri dari sepuluh bulan (Martius, Aprilis, Maius, Junius, Quintilis, Sextilis, September, October, November, December) dengan jumlah hari sepanjang tahun adalah 304 hari. Permulaan tahun dalam kalender Romawi kuno dihitung sejak pendirian kota Roma pertama kalinya atau "from the founding of the city of Rome" (bhs. Romawi:"ab urbe condita") pada tahun 753 sM. Selain itu awal tahun atau tahun baru dirayakan setiap tanggal 1 Maret, bukan 1 Januari seperti sekarang.
Penanggalan ini dikenal sebagai penanggalan Julian. Kalender ini diperkenalkan oleh Gaius Julius Caesar yang dikenal sebagai Julius Caesar atau Caesar pada tahun 45 sM. Era sebelum tahun 45 sM dimana telah ditetapkanya kalender Julian, dinamakan era bingung, karena Julius Caesar menyisipkan 90 hari ke dalam kalender tradisional Romawi, untuk lebih mendekati ketepatan pergantian musim. Penyisipan ini sedemikian cerobohnya sehingga bulan-bulan dalam kalender itu tidak lagi tepat. Akhirnya dengan saran Sosigenes, seorang astronom dari Iskandariyah, Caesar menetapkan kalendernya menjadi 12 bulan (Januari dan Februari ditambahkan), masing-masing dengan jumlah hari tertentu seperti sekarang (7 hari), dengan keyakinan bahwa panjang 1 tahun surya adalah 365,25 hari saat itu. Ia menetapkan suatu penanggalan yang didasarkan pada satu tahun matahari, 365 dan ¼ hari dan dalam sistem ini, ¼ hari yang terkumpul setiap tahunnya ditambahkan setiap empat tahun sekali ke dalam perhitungan tahun yang ke-empat tersebut, yang dikenal dengan nama tahun kabisat.

Kalender ini merupakan tahun syamsiah (matahari) dengan jumlah hari tetap setiap bulannya, dan disisipi satu hari tiap 4 tahun untuk penyesuaian panjang tahun tropis. Kalender ini digunakan secara resmi di seluruh Eropa sampai kemudian diterapkannya reformasi dengan penggunaan kalender Gregorian (sekarang disebut Masehi) pada tahun 1582 oleh Paus Gregorius XIII. Penentuan bulan dan hari dalam satu minggu dari penanggalan Julian inilah yang menjadi dasar dari kalender modern, Masehi. Gereja Ortodoks sampai sekarang tetap menggunakan kalender Julian sehingga perayaan Natal dan Tahun Baru berbeda. Kemudian setelah itu, pada tahun 44 sM, Julius Kaisar mengubah nama bulan Quintilis menjadi bulan Julius (Juli), bulan Sextilis menjadi Augustus (Agustus) untuk menghormati kaisar Augustus.

            Sejak meninggalnya Caesar, penerapan tahun kabisat salah terap. Kabisat diberlakukan tiap menginjak tahun ke-4, jadi 3 tahun sekali. Keadaan ini konon dibetulkan kemudian oleh kaisar Agustus, dengan meniadakan semua hari kabisat dari tahun 8 SM sampai tahun 4 Masehi. Setelah itu kalender Julian berfungsi dengan jauh lebih baik.
            Gaius Julius Caesar (bhs.Latin: C·IVLIVS·C·F·C·N·CAESAR¹) (13 Juli 100 sM – 15 Maret 44 sM) adalah seorang pemimpin militer dan politikus Romawi yang kekuasaannya terhadap Gallia Comata memperluas dunia Romawi hingga Oceanus Atlanticus, melancarkan serangan Romawi pertama ke Britania, dan memperkenalkan pengaruh Romawi terhadap Gaul (sekarang Perancis), sebuah pencapaian yang akibat langsungnya masih terlihat hingga kini.
Julius Caesar bertarung dan memenangkan sebuah perang saudara yang menjadikannya penguasa terhebat dunia Romawi, dan memulai reformasi besar-besaran terhadap masyarakat dan pemerintah Romawi. Dia menjadi seorang diktator seumur hidup, dan memusatkan pemerintahan yang makin melemah dalam republik tersebut. Caesar meninggal dunia pada 15 Maret 44 sM akibat ditusuk hingga mati oleh Marcus Junius Brutus dan beberapa senator Romawi. Aksi pembunuhan terhadapnya pada hari Idi Maret tersebut menjadi pemicu perang saudara kedua yang menjadi akhir Republik Romawi dan awal Kekaisaran Romawi di bawah kekuasaan cucu lelaki dan putra angkatnya, kaisar Augustus.

C. Kalender Gregorian (Masehi)
            Kalender Gregorian adalah kalender yang sekarang paling banyak dipakai di dunia barat. Ini merupakan modifikasi kalender Julian. Yang pertama kali mengusulkan kalender ini ialah doktor Aloysius Lilius, dari Napoli, Italia dan disetujui oleh Paus Gregorius XIII pada tanggal 24 Februari 1582.
Perhitungan penanggalan Julian sebenarnya 11 menit dan 14 detik lebih panjang atau terlalu cepat dibandingkan dengan tahun matahari. Perbedaan ini terkumpul sampai tahun 1582 saat titik equinox terjadi (siang malam sama lama), hal ini mengakibatkan perhitungan hari sebenarnya kurang 10 hari. Oleh sebab itu untuk membuat equinox yang musim seminya terjadi tepat pada tanggal 21 Maret tahun 325, tahun saat Konsili Nicea I dilangsungkan, Paus Gregorius XII mengeluarkan suatu keputusan menambahkan 10 hari dari perhitungan hari yang ada saat itu. Selanjutnya, satu hari hilang pada tahun 1700, 1800, dan 1900, akibatnya 10 hari ditambah 3 hari menjadi 13 hari Titik vernal equinox adalah titik semu pada lintasan ekliptika tempat matahari melewati atau tepat berada pada garis ekuator langit (perpanjangan garis ekuator Bumi), yang terjadi sekitar tanggal 21 Maret. Sistem ini adalah penanggalan dengan acuan matahari (kalender solar). Oleh karena penyesuaian dengan pergerakan semu matahari inilah, satu tahun dalam kalender Gregorian lamanya 365 hari.

            Akhirnya untuk mencegah kesalahan lebih lanjut pada waktu-waktu mendatang, maka Paus Gregorius XII menetapkan suatu penanggalan yang dikenal sebagai penanggalan Gregorian, dengan ketentuan tambahan bahwa tahun-tahun dalam setiap abad yang dapat dibagi dengan 400 haruslah tahun kabisat dan bahwa tahun-tahun lainnya haruslah tahun biasa. Contohnya, seperti tahun 1600 adalah tahun kabisat tetapi tahun 1700 dan 1800 adalah tahun umum.

            Penanggalan Gregorian inilah yang kemudian dikenal dengan sebutan penanggalan Masehi, Masehi merupakan terjemahan kata Latin anno domini (AD), "dalam tahun Tuhan", lazimnya digunakan oleh umat Kristen untuk menandai penanggalan yang bertolak dari tahun 1, yang diperkirakan sebagai tahun kelahiran Yesus. Tahun-tahun sebelum kelahiran Yesus ditunjukan dengan singkatan sM (sebelum Masehi) yang merupakan terjemahan dari Before Christ (BC). Namun demikian, menurut Matius dan Lukas, Yesus lahir pada waktu Herodes memerintah dan mati pada tahun 4 sM. Karena itu kelahiran Yesus diperkirakan terjadi pada tahun 4 sM atau bahkan sebelumnya. Patokan awal penanggalan Masehi yang keliru ini disebabkan oleh perhitungan rahib Dionisius pada abad ke-6 yang tidak teliti.  Secara perlahan, sistem penanggalan ini mulai dipergunakan di berbagai belahan dunia barat. Perancis mengadopsi kalender tersebut di tahun 1582, Inggris tahun 1752, Yunani mengadopsi pada tahun 1923, dan Uni Soviet (sekarang Rusia) menggunakannya di tahun 1918 dan akhirnya secara Internasional seluruh masyarakat di muka bumi ini menggunakan penanggalan atau kalender Masehi untuk menghitung dan menandai waktu.

…dan pengetahuan akan bertambah
(Daniel 12: 4)

 
D. Penetapan tanggal perayaan Natal

            Natal atau Christmas berasal dari kata Christ's Mass yang berarti Misa Kristus. Natal pertama kali dirayakan di Roma tahun 339 M setelah kaisar Roma yang bernama Konstantin (287-337 M) menyatakan diri sebagai orang Kristen. Dulunya, setiap tanggal 25 Desember, penduduk kota Roma merayakan pesta besar yang disebut Roman Saturnalia (suatu perayaan untuk menghormati Saturn, dewa pertanian dan pembaharuan kuasa matahari), tradisi kafir ini adalah untuk menyambut kembalinya matahari di belahan bumi utara setelah mencapai garis balik selatan yaitu ketika matahari yang tidak terkalahkan itu setiap tahun muncul dari kegelapan musim dingin dan siang menjadi panjang lagi. Kemudian, pada abad ke-4, gereja menentukan tanggal 25 Desember tersebut sebagai hari kelahiran Yesus Kristus, karena Ia dianggap sebagai 'Matahari' yang menerangi dunia. Dalam Maleakhi 4: 2 dinyatakan mengenai 'Matahari Kebenaran' yang agaknya tepat untuk hal itu dan dalam Lukas 1: 78, Yesus digambarkan sebagai 'Surya pagi' yang melawat umat-Nya. 'Surya pagi' merupakan metafora untuk permulaan suatu era baru.

            Ketetapan untuk menjadikan 25 Desember menjadi hari raya Natal dilakukan oleh Paus Julius I pada pertengahan abad ke-4 di kota Roma. Penetapan dalam Konsili Rasuli itu berbunyi: "Saudara-saudaraku, peliharalah perayaan untuk kelahiran-Nya pada tanggal 25, bulan ke-9 Ibrani, yaitu tanggal 29 bulan ke-4 Mesir". Namun, gereja-gereja di Yerusalem menolak penetapan 25 Desember sebagai hari raya kelahiran Yesus sampai abad ke-6. Injil Lukas 1:26 mencatat, bahwa pemberitahuan yang dibawa malaikat Gabriel mengenai lahirnya Yesus terjadi pada bulan ke-6. Dalam kalender Ibrani, ada 2 macam perhitungan: Pertama, Kalender perayaan keagamaan (the Sacred calendar), yang ditetapkan sejak Bani Israel kembali dari pembuangan di Babel, dan mulai dari bulan Nisan (kira-kira April). Kedua, Kalender sipil (the Civil calendar) yang diawali dari bulan Tisyri atau Etanaim (Kira-kira bulan Oktober). Bulan ke-6 dalam kalender sipil Ibrani adalah Adar, kira-kira jatuh pada bulan Maret. Jadi, menurut hitungan gereja waktu itu, malaikat Gabriel datang kepada Maria pada hari ke-25 bulan Maret yang paralel dengan minggu ke II dlm bulan Adar 2 / Nisan (Lihat: Kalender Yahudi). Itulah saat dimana Maria menerima kabar gembira. Selanjutnya, kelahiran Yesus berarti jatuh 9 bulan kemudian, yaitu pada hari ke-25 bulan Ibrani Tebet (kira-kira 25 Desember). Hitungan ini ternyata cocok dengan terjadi konjungsi planet Jupiter dan Saturnus, yang terjadi bulan Desember tahun 7 sM.

            Setelah abad ke-16, gereja memiliki perbedaan tentang penetapan tanggal perayaan Natal. Gereja barat merayakan pada tanggal 25 Desember sedangkan gereja timur merayakan tanggal 7 atau 6 Januari. Harus dicatat bahwa sesungguhnya perbedaan itu tidak terjadi pada fakta dasarnya, tetapi akibat selisih perhitungan antara penanggalan Gregorian yang mulai dipakai di gereja-gereja barat (Sejak abad ke-16) dan penanggalan Julian yang lama yang masih dipakai di gereja-gereja timur. Sebenarnya, penetapan pertama hari-hari raya Natal untuk pertama kalinya secara akurat dihitung dari Mesir. Seorang astronom gereja Mesir, bernama Batlimous, pada akhir abad ke-2 Masehi, melakukan perhitungan secara cermat atas perintah Baba Dimitri/Demetrius, yang menjadi Patriakh Alexandria dari tahun 199-232 M.

Penanggalan Mesir dihitung berdasarkan penampakan bintang Siriuz, yang diakui UNESCO sebagai kalender yang paling akurat dibandingkan dengan sistem penanggalan manapun yang pernah dibuat. Jadi penenetapan perayaan Natal mula-mula jatuh pada tanggal 29 bulan Kiahk (tanggal 25 Tebet). Di wilayah kekaisaran Roma pada waktu itu masih diberlakukan kalender Julian. Kalender inilah yang diikuti seluruh gereja baik di timur maupun di barat sampai abad ke-16 M dimana perayaan Natal jatuh pada tanggal 29 Kiakh (25 Tebet). Pada tahun 1582 (abad ke-16), Paus Gregorius dari Roma membuat modifikasi dari kalender Julian ini, yang kemudian disebut kalender Gregorian (kalender Masehi). Hingga sekarang, kalender inilah yang sampai hari ini diikuti oleh gereja-gereja barat: baik Katolik maupun gereja-gereja Protestan. Sedangkan gereja-gereja timur dari dahulu hingga sekarang tetap menggunakan kalender Julian itu.

            Gereja-gereja barat merayakan hari Natal pada tanggal 25 Desember sedangkan gereja-gereja timur tanggal 6 atau 7 Januari. Perbedaan ini awalnya bersumber dari perbedaan penetapan tanggal Paskah. Orang-orang Kristen yang bukan Yahudi merayakan Paskah setiap hari minggu, yaitu hari kebangkitan Tuhan Yesus tetapi orang-orang Kristen Yahudi mengusulkan bahwa Paskah sebaiknya dirayakan pada saat bulan purnama musim semi untuk menggantikan Paskah Yahudi, yaitu saat bangsa Israel keluar dari tanah Mesir (14 Nisan). Akhirnya pada tahun 324 M ditetapkan bahwa Paskah hanya dirayakan pada hari minggu tertentu, setahun sekali, dengan menggunakan kalender Gregorian.  Orang Yahudi memakai kalender lunisolar yang setahunnya hanya terdiri dari 354 hari, sedangkan selisihnya dengan kalender Gregorian adalah 10 hari. Karena kalender Gregorian yang menjadi acuan utama, maka hitungan yang tepat dari gereja timur yaitu tanggal 29 Kiahk (25 Tebet) itu harus mengalah hingga sekarang ini selalu jatuh tanggal 7 atau 6 Januari, apabila dihitung dari kalender Gregorian yang maju 13 hari tadi.

            Alkitab tidak mencatat tanggal berapa Yesus dilahirkan, namun sebagai umat pilihan-Nya kita harus menyikapi kelahiran Yesus dengan tidak berpatokan pada tanggal tertentu, karena sesungguhnya Yesus Kristus lahir di dalam hati setiap orang yang rindu dan mau menerima Yesus sebagai Juruselamat pribadinya sehingga Roh Kudus memampukannya untuk berjalan dalam kebenaran hari demi hari sampai kedatangan Kristus kedua kalinya. Jangan menilai Natal hanya sebagai rutinitas perayaan hari besar keagamaan, tetapi mari kita melihat ke dalam diri kita sendiri apakah Kristus tinggal di hati kita. Dalam 1 Korintus 13: 5, rasul Paulus mengingatkan jemaat dengan berkata: "Ujilah dirimu sendiri, apakah kamu tetap tegak di dalam iman. Selidiki dirimu! Apakah kamu tidak yakin akan dirimu, bahwa Kristus Yesus ada di dalam diri kamu? Sebab jika tidak demikian, kamu tidak tahan uji".

Tetapi semua orang yang menerima-Nya, diberi-Nya kuasa untuk menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya.
(Yohanes 1: 12)
                       
Peristiwa kelahiran Yesus yang disertai dengan pembunuhan anak-anak yang berumur dua tahun kebawah atas perintah Herodes Agung (Matius 2) adalah sama dengan apa yang terjadi ketika peristiwa kelahiran Musa, dimana Firaun yang bernama Sethos I ("1302-1290 sM) memerintahankan rakyatnya untuk membunuh semua anak laki-laki Ibrani dengan cara dibuang ke sungai Nil (Kel.1: 22). Musa diutus Allah untuk membebaskan bangsa Israel dari perbudakan di tanah Mesir sedangkan Yesus diutus Allah untuk membebaskan umat manusia dari perbudakan dosa dan kematian (maut). Nubuatan kedatangan Sang Juruselamat terdapat di dalam kitab Ulangan 18 : 18. Dalam Ayat itu Allah berfirman kepada Musa. Dan kata-Nya: "Seorang nabi akan Kubangkitkan bagi mereka dari antara saudara mereka, seperti engkau ini; Aku akan menaruh firman-Ku dalam mulutnya, dan ia akan mengatakan kepada mereka segala yang Kuperintahkan kepadanya". Akhirnya, dengan penyertaan Musa dapat memimpin bangsa Israel keluar dari tanah Mesir pada saat Firaun yang bernama Remeses II memerintah ("1290-1224 sM) sedangakan Yesus Kristus telah menebus dosa umat manusia dan memberikan kehidupan kekal melalui kematian dan kebangkitan-Nya (yaitu mereka yang mau percaya kepada-Nya dan bertekun dalam ajaran-Nya).

Bintang yang menuntun orang-orang majus atau lebih dikenal dengan sebutan bintang Natal adalah sebuah benda misterius. Orang majus dari Timur (Mat.2: 1-18) mungkin adalah ahli nujum (astronomi). Mereka digambarkan sebagai orang bukan Yahudi yang tidak mengenal Perjanjian Lama (Mat.2: 2-6) dan mereka agaknya berasal dari daerah sebelah timur tanah Israel, yang kemungkinan besar mengacu pada kota Babel / Babilonia (sekarang Irak), karena sejarah mencatat bahwa, raja Hamurabi yang wafat pada tahun "1750 sM (" sebelum masa Abraham) merumuskan kitab hukumnya dan ada pula pencapaian–pencapaian kultular lainnya, termasuk minat di bidang astronomi. Hal ini menunjukan bahwa segala bangsa akan datang mencari Yesus. Banyak penafsiran tentang bintang Natal. Setidaknya ada empat kemungkinan yang diusulkan orang mengenai bintang tersebut, yaitu:

Pertama: Konjungsi planet
Konjungsi planet adalah situasi dimana beberapa planet berada di dalam satu garis dengan bulan yang terlihat dari bumi. Konjungsi planet bersifat tetap untuk jangka waktu yang lama. Dalam Matius 2: 2, orang majus mengatakan bahwa mereka telah melihat bintang-Nya di Timur. Arti 'Timur' disini adalah mengacu pada nama suatu negeri (yang ahli di bidang astronomi) bukannya suatu arah mata angin. Agaknya orang-orang majus itu melihat bintang itu di kota mereka lalu mereka berangkat ke arah barat, yaitu tanah Israel. Perjalanan dari Babel ke Yerusalem pasti membutuhkan beberapa malam, jadi konjungsi planet tampaknya cocok dengan apa yang dilihat orang-orang maujus itu.

Kedua: Supernova
Supernova adalah planet yang meledak dan kehabisan energi sampai akhirnya meredup. Supernova bisa kelihatan sangat terang dan bisa berlangsung beberapa minggu. Fenomena ini agaknya juga kelihatan cocok dengan apa yang dilihat orang-orang majus akan tetapi Alkitab tidak menunjukan adanya bintang yang sangat terang, kecuali bahwa bintang itu seakan-akan penunjuk arah.

Ketiga: Meteor
Meteor adalah benda langit yang meluncur di angkasa luar, masuk ke dalam atmosfer dan menyala karena gesekan udara. Pada umumnya, meteor akan habis terbakar sebelum mencapai permukaan bumi dan terlihat seperti bola api. Bila masih tersisa benda itu jatuh sebagai meteorit. Meteor jatuh dengan cepat sehingga tidak cocok dengan apa yang dilihat orang-orang majus yang seakan-akan berhenti diatas Betlehem.

Keempat: Komet
Komet adalah benda angkasa yang beredar mengelilingi matahari, bercahaya seperti bintang, bagian tengahnya bercahaya terang dan berekor panjang menyerupai kabut. Bila sedang mendekati bumi, komet akan kelihatan berekor dan akan kelihatan bergerak ke arah yang berlawanan dengan ekornya sehingga terlihat menunjuk arah tertentu. Komet bila terlihat di bumi bisa berlangsung selama lebih dari seminggu. Dengan keberadaannya seperti itu, banyak ahli memperkirakan kometlah yang dilihat para majus.

            Kitab Injil dan bahkan sejarah mencatat bahwa Yesus Kristus dilahirkan pada zaman Herodes Agung berkuasa atas tanah Yudea yaitu tahun 37 – 4 sM dan Yesus dilahirkan beberapa waktu sebelum kematian Herodes Agung yaitu tepat pada tahun 4 sM atau sebelumnya (Mat.2: 1, 19). Kemungkinannya adalah Yesus dilahirkan tepat pada tahun 4 sM atau kurang dari tahun itu (mungkin tahun 5, 6, 7, atau 8 sM). Jadi, apabila seandainya bintang yang dilihat orang-orang majus itu adalah suatu konjungsi planet maka kemungkinan besarnya adalah Yesus Kristus dilahirkan di Betlehem pada tahun 7 sM dimana saat terjadinya konjungsi planet Jupiter dan Saturnus. Namun, bagaimanapun juga hal ini hanya sebuah pendapat yang belum dapat menjelaskan segalanya dengan memuaskan.

Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.
(Yesaya 9: 5)



V. TALMUD & MIDRASH

            Talmud (Dalam bahasa Ibrani: "pengajaran") adalah catatan tentang diskusi para rabi yang berkaitan dengan hukum Yahudi, etika, kebiasaan dan sejarah. Talmud mempunyai dua komponen: Mishnah, yang merupakan kumpulan Hukum Lisan Yudaisme pertama yang ditulis; dan Gemara, diskusi mengenai Mishnah dan tulisan-tulisan yang terkait dengan kehidupan pertanian dan kekeluargaan, juga sering membahas topik-topik lain dan secara luas menguraikan Tanak; kebanyakan tertulis dalam bahasa Aram. Istilah Talmud dan Gemara seringkali digunakan bergantian. Gemara adalah dasar dari semua aturan dari hukum rabinik dan banyak dikutip dalam literatur rabinik yang lain. Talmud Palestina selesai sekitar tahun 450 M (pertengahan abad ke-5) sedangkan Talmud Babel diselesaikan satu abad kemudian (abad ke-6), jauh lebih panjang dan memuat banyak kutipan dari Perjanjian Lama.

Midrash berisi komentar atau keterangan dengan pengarahan yang saleh perihal Kitab Suci yang dilakukan oleh para rabi di kemudian hari. Keterangan itu diberikan dalam bentuk komentar-komentar dan kotbah-kotbah. Kebanyakan Midrash berasal dari abad 2 M. Demikianlah dalam 2 Sam.24: 1, dikatakan bahwa Allah dalam amarah-Nya menghasut Daud untuk mengadakan sensus dan karena perbuatannya itu Daud atau rakyatnya dihukum dengan penyakit sampar, tetapi nanti pada waktu kitab 1 Tawarikh dituliskan, dikatakan bahwa usul mengadakan sensus itu di tanamkan ke hati Daud oleh Iblis (1 Taw.21: 1). Teologi kitab Tawarikh lebih cocok dengan hal midrash ini.

Asal-usul Talmud (tradisi Yahudi) adalah sebagai berikut: Studi keyahudian pada mulanya tidak tertulis (lisan). Para rabi menguraikan dan memperdebatkan hukum serta membahas Alkitab Ibrani tanpa bantuan karya-karya tertulis (selain dari kitab-kitab di dalam Kitab Suci sendiri.) Namun, situasi ini berubah secara drastis terutama sebagai akibat penghancuran komunitas Yahudi pada tahun 70 M oleh jendral Titus, dan pergolakan norma-norma sosial dan hukum Yahudi yang ditimbulkannya. Karena para rabi dituntut menghadapi realitas yang baru—yang utamanya Yudaisme (agama Yahudi) tanpa Bait Suci dan Yudea tanpa otonomi—membanjirlah wacana hukum dan sistem studi lisan yang lama tidak dapat lagi dipertahankan. Pada masa inilah wacana rabinik mulai dicatat secara tertulis. Hukum lisan tertua yang dicatat kemungkinan dalam bentuk midrashi. Di sini diskusi halakhik disusun sebagai tafsiran eksegetis terhadap Pentateukh (kitab Taurat). Tetapi sebuah bentuk alternatifnya, yang disusun menurut topiknya dan bukan menurut ayat-ayat Alkitab, menjadi dominan pada sekitar tahun 200 M., ketika Rabi Judah haNasi meredaksi Mishnah (משנה).

           
A. Kisah Abraham VS Nimrod dalam tradisi Yahudi (Talmud)

          Alkitab tidak menyebutkan mengenai adanya pertemuan antara Abraham dengan Nimrod, karena faktanya ada jarak 7 generasi diantara keduanya. Nimrod adalah cucu Ham, cicit Nuh, Alkitab menyebutkan dialah yang mula-mula sekali orang yang berkuasa di bumi; ia seorang pemburu yang gagah perkasa di hadapan TUHAN (Kej.10: 8-9) dan ia membangun beberapa kerajaan terdiri dari Babel (Babilonia), Erekh dan Akad di tanah Sinear kemudian ia pergi ke Asyur dan mendirikan Niniwe, Rehobor-Ir, kalah dan Resen (Kej.10: 8-12). Sedangkan Abraham lahir dari keturunan Sem, 10 generasi jauhnya dari Nuh. Dikatakan Sem adalah bapa anak-anak Eber. "Eber" sama dengan "Ibrani". Nuh menggabungkan garis perjanjian dengan Sem (Kej.9: 26) dan hal ini menjadi nyata dalam Abraham yang disebut 'orang Ibrani' (Kej.14: 13). Meskipun Alkitab tidak menyebutkan tentang pertemuan antara Abraham dengan Nimrod, namun tradisi Yahudi membawa keduanya bersamaan ke dalam suatu perseteruan, melambangkan suatu simbol yang kuat dari perseteruan kosmik antara kebaikan dan kejahatan, dan khususnya antara monoteisme melawan penyembahan pemujaan berhala (paganism and idoltry). Tradisi ini dibuktikan pertama kali dalam tulisan Pseudo-Philo, dilanjutkan dalam Talmud  

Dalam beberapa versi (seperti dalam Josephus, 37-100 M), Nimrod adalah seseorang yang menetapkan keinginannya melawan Allah. Dengan kata lain, ia menyatakan dirinya sebagai tuhan dan disembah saja oleh pengikutnya. Suatu tanda di bintang-bintang memberitahu Nimrod dan orang-orang ahli astronominya tentang segera lahirnya Abraham, yaitu seseorang yang nanti akan mengakhiri penyembahan berhala. Kemudian Nimrod memerintahkan untuk membunuh semua bayi yang baru lahir. Tetapi ibu Abraham melarikan diri ke ladang dan melahirkan tanpa diketahui siapapun (dalam beberapa laporan, Abraham diletakan di palungan). Pada usia muda, Abraham mengakui Allah dan bintang-bintang menyembah-Nya lalu ia menantang Nimrod dan mengatakan kepadanya untuk berhenti menyembah berhala. Kemudian, Nimrod memerintahkan agar membakar Abraham di tiang pembakaran. Dalam suatu versi, Nimrod dan pengikutnya mengumpulkan kayu selama 4 tahun penuh agar Abraham dibakar dalam api unggun terbesar di dunia (suatu cerita yang mungkin diilhamkan atau dipengaruhi oleh bangunan menara Nimrod (menara Babel)). Namun, Abraham keluar dari api yang membara itu tanpa luka. Selanjutanya Nimrod menantang Abraham untuk bertarung. Ketika Nimrod tampil dengan tentaranya yang sangat besar, Abraham mengeluarkan sepasukan rayap yang akhirnya mengalahkan para tentara Nimrod. Beberapa laporan menyebutkan seekor rayap atau nyamuk memasuki isi kepala Nimrod sehingga menyebabkan ia mati.

Cerita-cerita tersebut menghubungkan unsur-unsur Abraham dengan cerita kelahiran Musa dimana ada raja yang kejam membunuh bayi-bayi tidak bersalah (Kel.1, 2) dan riwayat Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang keluar tanpa luka dari dalam api (Dan.3) dan juga kisah tentang bintang yang merupakan tanda lahirnya Yesus Kristus Sang Juruselamat dunia (Mat.2: 2). Nimrod dibuat sedemikian rupa untuk menyatakan peran dan menghubungkan dua pola dasar raja-raja yang kejam dan teraniaya: Nebukadnesar dan Pharaoh. Beberapa Talmud juga memeperkenalkan dia (Nimrod) pada Cyrus yang dilahirkan menurut Herodotus yang didampingi oleh tanda yang dibuat oleh kakeknya untuk mencoba membunuhnya.

Dibawah ini (Pasal 38, 13) adalah versi perseteruan Abraham melawan Nimrod yang tampil dalam Midras Raba, kumpulan utama dari manuskrip Yahudi: exgenesis (bagian yang berkaitan dengan kitab Kejadian/Genesis) yang diperkirakan berasal dari abad ke-6 (sekitar tahun 500an M).

Teks bahasa aslinya:
"נטלו ומסרו לנמרוד. אמר לו: עבוד לאש. אמר לו אברהם: ואעבוד למים, שמכבים את האש? אמר לו נמרוד: עבוד למים! אמר לו: אם כך, אעבוד לענן, שנושא את המים? אמר לו: עבוד לענן! אמר לו: אם כך, אעבוד לרוח, שמפזרת עננים? אמר לו: עבוד לרוח! אמר לו: ונעבוד לבן אדם, שסובל הרוחות? אמר לו: מילים אתה מכביר, אני איני משתחוה אלא לאוּר - הרי אני משליכך בתוכו, ויבא אלוה שאתה משתחוה לו ויצילך הימנו! היה שם הרן עומד. אמר: מה נפשך, אם ינצח אברהם - אומַר 'משל אברהם אני', ואם ינצח נמרוד - אומַר 'משל נמרוד אני'. כיון שירד אברהם לכבשן האש וניצול, אמרו לו: משל מי אתה? אמר להם: משל אברהם אני! נטלוהו והשליכוהו לאור, ונחמרו בני מעיו ויצא ומת על פני תרח אביו. וכך נאמר: וימת הרן על פני תרח אביו." (בראשית רבה ל"ח, יג)

Terjemahan bahasa Inggrisnya:
(...) He [Abraham] was given over to Nimrod. [Nimrod] told him: Worship the Fire! Abraham said to him: Shall I then worship the water, which puts off the fire! Nimrod told him: Worship the water! [Abraham] said to him: If so, shall I worship the cloud, which carries the water? [Nimrod] told him: Worship the cloud! [Abraham] said to him: If so, shall I worship the wind, which scatters the clouds? [Nimrod] said to him: Worship the wind! [Abraham] said to him: And shall we worship the human, who withstands the wind? Said [Nimrod] to him: You pile words upon words, I bow to none but the fire - in it shall I throw you, and let the God to whom you bow come and save you from it! Haran [Abraham's brother] was standing there. He said [to himself]: what shall I do? If Abraham wins, I shall say: "I am of Abraham's [followers]", if Nimrod wins I shall say "I am of Nimrod's [followers]". When Abraham went into the furnace and survived, Haran was asked: "Whose [follower] are you?" and he answered: "I am Abraham's!". [Then] they took him and threw him into the furnace, and his belly opened and he died and predeceased Terach, his father.[The Bible, Genesis 11:28, mentions Haran predeceasing Terach, but gives no details.]

Terjemahan bahasa Indonesianya:
Abraham diserahkan kepada Nimrod. Nimrod berkata kepadanya: Sembahlah api! Abraham berkata: Lalu haruskah aku menyembah air yang dapat memadamkan api! Nimrod berkata: Sembahlah air! Abraham berkata: Kalau begitu, haruskah aku menyembah awan, yaitu yang dapat membawa air? Nimrod berkata: Sembahlah awan! Abraham berkata: Kalau begitu, haruskan aku menyembah angin, yang dapat menyebarkan awan? Nimrod berkata: Sembahlah angin! Abraham berkata: Dan haruskan aku menyembah manusia, yang dapat bertahan terhadap angin? Nimrod berkata: Kau menumpuk kata diatas kata, aku tidak sujud kepada apapun tetapi kepada api, aku akan melempar kau kedalamnya dan biarlah Allah yang kepada-Nya kau sujud datan dan menyelamatkanmu dari dalam api! Haran (saudara Abraham) berdiri disana. Ia berkata dalam hatinya: Apakah yang harus aku lakukan? Jika Abraham menang, aku akan berkata: "Aku pengikut Abraham", jika Nimrod yang menang aku akan berkata: "Aku pengikut Nimrod". Ketika Abraham masuk ke dalam tungku perapian dan selamat, Haran ditanya:"Kau pengikut siapa?" dan ia menjawab:"Abraham". Lalu mereka membawa dan melemparkannya (Haran) ke dalam tungku perapian, dan perutnya terbuka dan ia mati mendahului Terah, ayahnya. (Kitab Kejadian 11: 28, menyebutkan Haran mati mendahului Terah, tetapi tidak ada keterangan-keterangan yang terperinci)

Kata Yesus kepada mereka:"Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada."
(Yohanes 8: 58)


B. Otoritas perkataan Yesus Kristus

Sumber: Memfinah Yesus, hal.151-157 oleh Dr. Erwin Lutzher.

          Keberatan yang seringkali dibuat adalah bahwa ada jurang waktu yang terlalu panjang antara pelayanan Yesus dan penulisan kitab Injil. Jika Yesus disalibkan " tahun 33 M, dan kitab-kitab Injil ditulis dua puluh lima atau tiga puluh tahun kemudian, bukankah merupakan hal yang mungkin bahwa perubahan-perubahan radikal dibuat diantara apa yang benar-benar Yesus lakukan dan katakana dengan apa yang ditulis kemudian? Bukankah bisa jadi kisah-kisah tersebut telah dibubuhi? Dan bila tidak, apa yang dilakukan oleh orang-orang percaya selama periode waktu yang panjang itu ketika tidak ada catatan-catatan tertulis dan saat banyak orang yang mengenal Yesus mati satu demi satu?

            Jawaban atas pertanyaan ini adalah memahami budaya agama pada zaman itu. Pada saat itu merupakan suatu tradisi bagi para rabi untuk menyerahkan dengan berhati-hati pengajaran-pengajaran mereka kepada murid-murid mereka, yang memegang erat apa yang dikatakan. Murid-murid ini pada gilirannya memberikan pengajaran-pengajaran yang sama ini kepada murid-murid generasi berikutnya, demikian seterusnya. Perhatian yang besar diberikan untuk menyampaikan pengajaran dalam ungkapan kata-kata yang tepat dengan yang telah diwariskan. Rabi Eliezer ben Hyrcanus menyatakan: "Di dalam hidup saya, saya tidak pernah mengatakan satu hal yang tidak saya dengar dari pengajar-pengajar saya." Memang dikatakan bahwa siapa pun yang melupakan satu kata dari firman Tuhan yang telah diwariskan harus mempertanggung jawabkannya seolah-olah ia telah kehilangan jiwanya.

            Yesus seringkali mengungkapkan pengajaran-pengajaran-Nya dalam bentuk yang mudah diingat seperti ungkapan yang nyata mengenai kenyataan umum, sajak, puisi, dan paralelisme. Ini memampukan mereka untuk tetap utuh terlindung. Pastinya juga merupakan hal yang mungkin bahwa para pengikut Yesus memiliki catatan-catatan tertulis dari pengajaran-Nya sebelum keempat kitab Injil ditulis. Suatu kumpulan seperti itu bisa jadi menyebarkan doktrin dalam gereja mula-mula dan kemudian dimasukan di dalam kitab-kitab Injil dalam bentuk akhir mereka. Memang, di dalam kata pengantarnya, Lukas mengatakan bahwa ia mendasarkan Injil yang ditulisnya dengan para saksi mata kisah-kisah tertulis lainnya (Luk.1: 1-3)

            Ciri khas rabi adalah memiliki satu murid, sedangkan Yesus memilih dua belas. Dan karena tidak ada rabi yang sepenting itu bagi agama Yahudi seperti halnya Yesus sangat penting bagi kekeristenan, perhatian khusus akan diberikan pada kata-kata dan tindakan-Nya. Yesus berhati-hati dalam melatih murid-murid-Nya pergi ke dunia untuk membawa pesan-Nya bukan pesan mereka. Mereka menguraikan dengan jelas dan tepat bermacam-macam ringkasan dari kehidupan dan pengajaran-Nya karena mereka akan mengulanginya saat mereka menyebarkan firman tersebut.

            Yesus sangatlah berbeda dari rabi-rabi pada zaman-Nya yang dengan hati-hati menceritakan secara terperinci hanya apa yang telah diajarkan kepada mereka dan seringkali bercampur dengan pemahaman-pemahaman yang menyesatkan dan tradisi-tradisi Yahudi (Talmud). Tetapi Yesus berbicara untuk diri-Nya sendiri dengan otoritas yang mengganggu perasaan para pendengar-Nya, Dia akan berkata: "Kamu telah mendengar apa yang dikatakan…tetapi Aku berkata kepadamu….". Dan kesan pendengar terhadap pengajaran-pengajaran-Nya adalah takjub sebab Yesus mengajar sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat (lih. Mat.7: 28-29). Orang-orang Farisi yang mendengar pengajaran-pengajaran Yesus tidak dapat mempercayai apa yang mereka dengar. Seorang pria yang mungkin berusia 30 tahun diklaim untuk menjadi Mesias dan berjanji bahwa mereka yang percaya kepada-Nya akan memiliki kehidupan kekal. Ini tampak kata-kata yang gila bagi mereka.

            Orang-orang Yahudi mengetahui bahwa Yesus telah seringkali diklaim sebagai Tuhan. Sekarang bahkan orang yang tidak percaya menyadari bahwa perkataan-Nya tidak dapat diinterpretasikan dalam cara lain. Dalam Yohanes 8: 58, Yesus berkata kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku telah ada". Dia menghubungkan diri-Nya dengan "AKU ADALAH AKU", yaitu Yahweh yang menampakan diri kepada Musa dalam semak duri yang menyala (lih. Kel. 3: 14).

            Sekarang, jika Dia bukanlah Tuhan tetapi hanya manusia biasa, ini merupakan bentuk penghujatan yang tertinggi. Jadi orang-orang Yahudi melakukan apa yang seharusnya telah dilakukan kepada para penghujat; mereka mengumpulkan batu untuk melempari-Nya. Lalu apa yang kita buat dengan pernyataan dari Yesus ini: "Sebab sama seperti Bapa membangkitkan orang-orang mati dan menghidupkannya, demikian juga Anak menghidupkan barangsiapa yang dikehendaki-Nya. Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman itu seluruhnya kepada Anak, supaya semua orang menghormati Anak sama seperti mereka menghormati Bapa. Barangsiapa tidak menghormati Anak, ia juga tidak menghormati Bapa, yang mengutus Dia "(Yoh.5: 21-23).

            Hari lepas hari, Yesus mengucapkan kata-kata yang hanya dapat diucapkan oleh Tuhan dan melakukan pekerjaan-pekerjaan yang hanya dapat dilakukan oleh Tuhan. Seorang nabi mungkin melakukan beberapa mujizat, tetapi hanya Tuhan yang dapat mengampuni dosa dan menghakimi manusia setelah kematian. Yesus tidak mengklaim diri-Nya sebagai seorang 'tuhan' dengan perasaan yang lebih kecil namun Dia mengklaim diri-Nya sebagai Yahweh, Tuhan yang maha kuasa dan maha hadir di dalam Perjanjian Lama.

            Ketuhanan Yesus mengoyahkan perbedaan pendapat yang sangat besar antara kekeristenan dan pilihan-pilihan agama lainnya. Dan untuk alasan ini, itu juga berarti bahwa agama-agama lain tidak bisa mengklaim Yesus secara logis sebagai salah seorang dari banyak nabi karena Dia mengklaim diri-Nya sebagai Tuhan, maka hal itu diikuti dengan bahwa Dia akan dinyatakan sebagai Pribadi yang ekslusif. Setelah Yesus mengatakan kepada murid-murid-Nya bahwa Dia akan pergi, Tomas bertanya kepada-Nya:"Tuhan, kami tidak tahu ke mana Engkau pergi; jadi bagaimana kami tahu jalan ke situ?"(Yoh.14: 5). Yesus langsung menanggapi pada intinya:"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun yang datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku"(Yoh.14: 6).

            Dunia kita dipenuhi dengan penuntun-penuntun yang menklaim diri mereka mengetahui sesuatu yang tidak kita ketahui. Ratusan guru-guru palsu telah mengumpulkan pengikut, tetapi pada akhirnya mereka ditunjukan sama-sama dapat membuat kesalahan seperti orang-orang yang mengikuti mereka. Kematian membuktikan bahwa mereka sama lemahnya dengan kita dalam keterbatasan-keterbatasan manusia. Ketika Yesus berkata:"Tidak seorangpun datang kepada Bapa kalau tidak melalui Aku." Dia mempersempit pintu gerbang, Dia membngun sebuah pagar di sepanjang jalan dan Dia menunjukan kemana jalan tersebut menuntun. Kita tidak memiliki hak untuk berusaha menghancurkan tonggak pintu pagar, membuat jalan lebih lebar atau memilih sebuah tujuan menurut apa yang kita sukai. Semua jalan lain menuntun menuju tempat yang lain; mereka menjauh dari Bapa, tidak menuju Bapa.

            Yesus mengajar bahwa ada dua jalan: Jalan lebar yang menarik dan membawa kepada kehancuran dan jalan yang sempit yang seringkali tidak diperhatikan. "Masuklah melalui pintu yang sesak itu, karena lebarlah pintu dan luaslah jalan yang menuju kepada kebinasaan, dan banyak orang yang masuk melaluinya; karena sesaklah pintu dan sempitlah jalan yang menuju kepada kehidupan dan sedikit orang yang mendapatinya"(Mat.7: 13-14). Jalan yang lebar menipu karena banyak apa yang dinamakan oleh para pemimpin agama sebagai jalan menuju kehidupan. Yesus memerhadapkan kita dengan dua jalan, dua pintu gerbang yang terpisah, dan dua tujuan yang terpisah.

            Para pengikut New Age (salah satu ajaran antikristus pada abad ini) mengatakan bahwa kekeristenan seperti sebuah kapal yang diperlukan untuk membawa anda menyebrangi sungai, tetapi sekali anda turun dari kapal, anda bebas untuk melakukan lebih dari itu dan masuk kedalam kehidupan yang baru secara keseluruhan. Kekeristenan sebagai langkah awal, tetapi kemudian kita harus bergerak menuju sesuatu yang bersifat mistik, memuaskan atau lengkap. Tetapi seperti yang pernah saya dengar dikatakan oleh seseorang: Bergerak melebihi cinta berarti hawa nafsu, bergerak melebihi akal sehat berarti gila dan bergerak melebihi obat berarti minum racun. Bergerak melebihi kekeristenan berarti mempercayai kesalahan dan penipuan yang fatal. Yesus Kristus adalah Pribadi yang tidak akan pernah bisa anda langkahi tanpa terjatuh ke dalam neraka yang dalam.

            Kapan pun kita mencoba untuk menambahkan sesuatu pada kekeristenan, maka kita sedang mengurangi sesuatu darinya. Sama seperti anggur diencerkan dengan setiap tetes air, demikianlah kuasa Injil harus tetap jelas atau bisa dikurangi menjadi sesuatu yang tidak pernah dimaksudkan oleh Injil itu sendiri. Mereka yang menyerahkan keunikan Yesus Kristus tidak hanya menyerahkan suatu bagian dari pesan Kristen, mereka menyerahkannya secara keseluruhan. Kita tidak dapat menghilangkan dasar dan menyatakan bahwa bangunannya masih utuh. Dengan kata lain, kekeristenan tanpa Yesus Kristus yang disalibkan dan dibangkitkan hanyalah penipuan. 

Sebab aku mempunyai keyakinan yang kokoh dalam Injil,
karena Injil adalah kekuatan Allah…
(Roma 1: 16)




silahkan klik link berikut dan sukai pada halamannya : https://www.facebook.com/pages/Yesus-Kristus-Kebenaran/242757779169633